Minggu, 09 Januari 2011

Benteng Fort Vredeburg

Jogjakarta, kota yang terkenal dengan objek wisata dan beberapa peninggalan arkeologis dari jaman nirleka (prasejarah),jaman klasik,jaman kolonial,jaman kerajaan islam,sampai pada jaman kemerdekaan. tanggal 22 Desember 2010, pada saat kuliah lapangan saya,dosen,dan teman-teman arkeologi 2010 berkunjung ke beberapa tempat/situs peninggalan arkeologi. Dari beberapa tempat yang saya kunjungi dari masa klasik Candi sambisari, menuju ke pleret tempat situs masjid agung mataram islam, lalu di museum sonobudoyo tempat koleksi benda-benda arkeologis dari jaman nirleka sampai jaman islam, sampai ke benteng vredeburg dan pada akhir sesi kuliah lapangan kami dilewatkan di pojok benteng yang paling menarik untuk saya untuk membuat laporan ini adalah benteng vredeburg. kenapa benteng vredeburg yang saya pilih?
saya tertarik dengan arsitektur, candi sambisari juga termasuk dalam arkeologi arsitektur, tapi saya memilih benteng vredeburg ini karena saya tertarik dengan arsitektur gaya eropa yang bisa diterapkan di Indonesia secara iklim,kondisi alam, dan cuaca di Indonesia berbeda dengan Eropa, tapi arsitektuk ini bisa menyesuaikan dengan keadaan yang ada di Indonesia. Penempatan benteng ini juga diperhitungkan dari beberapa informasi yang saya peroleh waktu di benteng maupun dari sumber-sumber dari internet memberitahukan bahwa dilihat dari letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya menghadap ke jalan utama menuju kraton merupakan indikasi utama bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa beridirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda. Besarnya kekuatan dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda termasuk Sri Sultan HB I, oleh karena itu usulan pembangunan benteng dikabulkan. Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang, pada tahun 1760, atas permintaan Belanda, Sri Sultan HB I telah membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut sebagai seleka atau bastion yang menyerupai bentuk kura-kura dengan keempat kakinya. Oleh Sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jayawisesa (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut), Jayaprakosaning (sudut barat daya) dan Jayaprayitna (sudut tenggara).
dan seperti juga benteng di Jogja, kesamaan dan alasan penempatan benteng ini juga bisa di lihat di benteng vastenburg, tentu saja karena keraton kasuhunan Surakarta dan Keraton Jogjakarta mempunyai akar yang sama yaitu Mataram, tapi karena akal dan campur tangan Belanda maka Mataram di pecah belah agar kekuasaannya semakin kecil dan pembangunan benteng-benteng ini tujuannya untuk mengawasi gerakan dari Keraton sehingga Belanda bisa leluasa melakukan kekuasaannya di Nusantara khususnya bumi Jawa. Sedikit sejarah hubungan tentang berdirinya keraton Jogjakarta dan benteng Vredeburg. Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengat lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri Raja-raja Jawa pada waktu itu. Orang Belanda yang berperan penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti adalah Nicolaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa (Gouveurneur en Directuer van Java’s noordkust) sejak bulan Maret 1754. Pada hakekatnya perjanjian tersebut adalah perwujudan dari usaha untuk membelah Kerajaan Mataram menjadi dua bagian, yaitu Kasuhunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Selanjutnya Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alogo Abdul Rachman Sayidin Panata Gama Khalifatullah I. Sedangkan Kasuhunan Surakarta diperintah oleh Paku Buwono III. Langkah pertama yang diambil oleh Sri Sultan HB I adalah segera memerintahkan membangun kraton. Dengan titah tersebut segera dibuka hutan beringin dimana ditempat tersebut sudah terdapat dusun Pacetokan. Sri Sultan HB I mengumumkan bahwa wilayah yang menjadi daerah kekuasaannya tersebut diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota Ngayogyakarta.Selain sebagai Panglima Perang yang tangguh Sri Sultan HB I adalah juga seorang ahli bangunan yang hebat. Kraton Kasultanan Yogyakarta pertama dibangun pada tanggal 9 Oktober 1755 dan pada hari Kamis Pahing 7 Oktober 1756 meski belum selesai secara sempurna Sultan dan keluarganya berkenan untuk menempatinya.Setelah Kraton mulai ditempati kemudian beridiri pula bangunan-bangunan pendukung lainnya, misalnya bangunan kediaman Sultan dan kerabat dekatnya dinamakan Prabayeksa, selesai dibangun tahun 1756. Bangunan Sitihinggil dan Pagelaran yang selesai pada tahun 1757. Gapura penghubung Dana Pertapa dan Kemagangan selesai pada tahun 1761 dan 1762. Masjid Agung didirikan pada tahun 1771. Benteng besar yang mengelilingi kraton selesai pada tahun 1777. Dan akhirnya Bangsal Kencana selesai pada tahun 1792.Menurut Nicolas Harting, benteng tersebut keadaannya masih sangat sederhana. Temboknya terbuat dari tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren, sedangkan bangunan didalamnya terdiri atas bambu dan kaui dengan atap ilalang.Ketika Nicolas Harting digantikan oleh W.H Ossenberch pada tahun 1765, diusulkan kepada Sultan agar benteng diperkuat menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih menjamin keamanan. Usul tersebut dikabulkan dan selanjutnya pembangunan benteng dikerjakan dibawah pengawasan seorang Belanda ahli ilmu bangunan yang bernama Ir. Frans Haak. Tahun 1767 pembangunan benteng dimulai. Konstruksi-nya menggunakan semen merah, gamping, pasir dan batu bata. Menurut rencana pembangunannya akan selesai pada tahun itu juga tetapi pada kenyataannya proses pembangunan berjalan sangat lambat dan baru selesai pada tahun 1787, hal ini karena pada masa tersebut Sultan juga sedang giat-giatnya melakukan pembangunan Kraton Yogyakarta sehingga bahan dan tenaga yang dijanjikan lebih banyak teralokasi untuk pembangunan kraton. Setelah selesai bangunan benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi nama Benteng Rustenburg yang berarti (Benteng Peristirahatan).Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga banyak merubuhkan bangunan-bangunan antara lain Gedung Residen, Tugu Pal Putih dan Benteng Rustenburg serta bangunan-bangunan lain. Seluruh bangunan-bangunan tersebut segera dibangun kembali. Untuk Benteng Rustenburg segera diadakan pembenahan di beberapa bagian bangunan yang rusak. Setelah selesai dibangun kembali, nama Benteng Rustenburg berganti menjadi Benteng Vredeburg yang artinya Benteng Perdamaian. Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara Kasultanan Yogyakarta dan Belanda yang tidak saling menyerang pada waktu itu.
dan ini deskripsi arsitektur dari benteng vredeburg : Benteng Vredeburg berbentuk segi empat, terdapat bastion pada tiap sudutnya. Ketingian tembok benteng sekitar 5 m dengan kemiringan tembok sekitar 5 drajat. Dinding benteng terbuat dari pasangan batu merah dengan ketebalan tembok sekitar 1 m dan dinding dalam memiliki tebal sekitar 60 cm dengan finishing spesi dan dicat warna krem. Terdapat jalur patroli pada sebelah selatan benteng dengan ketinggian sekitar 3 m dari permukaan tanah dan lebar 4 m untuk menghubungkan bastion satu dengan yang lainnya dan sebagai akses ke bangunan turutan. Pada bastion setiap bastion terdapat lubang bidik dan lubang meriam, bastion sebelah timur laut tidak terdapat jalur patroli dan memiliki tempat untuk berdiri prajurit (pedesthal).Gerbang benteng menghadap ke arah Barat. Terdapat juga meriam yang berjajar di sepanjang jalan menuju halaman dalam benteng. Menurut Mahidin, salah seorang pengelola benteng, meriam itu ditemukan saat penggalian parit pada gedung F, setelah itu pada sekitar tahun 1993 meriam itu diletakkan berderet di sepanjang jalan tersebut dan dibuatkan pondasi beton di bawahnya.

dari pandangan saya sendiri tentang benteng vredeburg ini menurut saya menarik, dari segi tempat yang sangat strategis untuk saat ini karena ada di pusat kota, di ujung jalan malioboro, dan dekat dengan keraton serta tempat wisata yang lain, dari segi keindahan bangunan sudah terlihat dari eksteriornya sudah ditata rapi dengan hiasan tanaman serta tempat-tempat duduk untuk beristirahat,juga di tembok bentengnya kita bisa jalan-jalan seperti tentara koloni yang sedang berjaga tapi yang ini kita disuguhi pemandangan di sekitar benteng yang menyajikan panorama yang menjadikannya sungguh kontras, tapi dari segi interiornya dan pemanfaatan ruangannya menurut saya kurang maksimal karena terlihat masih ada beberapa ruangan yang tidak dipakai,saya tidak tahu apakah ruangan itu sedang diperbaiki atau memang tidak dipakai, kalau memang ruangan itu tidak dipakai sungguh sangat disayangkan karena kita tidak bisa mengoptimalkansumber daya arkeologi kita, mungkin bisa dibuat restoran di dalamnya dengan suasana eropa, tempatnya juga sudah mendukung, untuk fasilitas di dalamnya menurut saya kurang memadai dari lahan parkirnya saja sudah sempit, wc,mushola juga saya kira untuk lebih diperbaiki lagi, karena kurang layak jika fasilitasnya seperti itu, dari segi keamanan dan jam buka benteng vredeburg, perlu juga keamanan yang digunakan untuk menjaga benteng ini untuk menghindari hal-hal yang menyimpang misalnya saja kemarin waktu kuliah lapangan terdapat sepasang pemuda-pemudi yang sedang asyik berpacaran sepertinya karena kurang pengawasan sehingga pemuda itu bebas melakukan apapun, dan juga antisipasi pada aksi corat-coret di dinding benteng, karena bisa mengurangi keindahan benteng ini. Dan juga jam buka benteng ini, menurut saya jika jam buka benteng ini dibuka sampai sore/malam maka benteng ini akan lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan-wisatawan, jika dibuka sampai malam tentu saja harus dibarengi dengan event-event tertentu jadi pengunjung bisa menikmati keindahan benteng juga hiburan yang ada.




Beberapa Data yang penting tentang Fort Vredeberg
Nama (Name)
FORT VREDEBURG
Nomor PDA (PDA Inv. No.)
623.1/ 14/ 05.01/ 004
Nama Lain (Other Name)
LOJI GEDE
Fungsi Sekarang (Current Function)
Museum
Koordinat situs (Site Coordinate)
S: 070o 48' 01,1" E: 110o 21' 58,1"
Tahun Dibangun (Year of Build)
1760
Bangsa Pembangun (Builder)
Belanda (Dutch)
Pemilik sekarang (Current Owner)
Keraton Yogyakarta
Pengelola sekarang (Current Management)
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala Museum Vredeburg Yogyakarta (Ministry of Culture and Tourism, Directorate General of History and Archeology, Fort Vredeburg Museum)
Luas Situs/Benteng (Fort's Area) : 22.480 m2
Alamat (Address)
Jl.Jend. Ahmad Yani No.6, Kel.Ngupasan, Kec.Gondomanan, Kota Yogyakarta,D.I.Yogyakarta
Dusun / Kampung (Village / Kampong)
-
Desa Kelurahan (Town / Ward)/
Kelurahan Ngupasan
Kecamatan (Sub-District)
Gondomanan
Kabupaten / Kota (Regency / Municipality)
Yogyakarta
Kode Pos (Postal Code)
55121
Propinsi (Province)
D. I. Yogyakarta
Pulau (Island)
Jawa
Status Perlindungan Hukum (Registrated in)
1. SK. Mendikdub RI. No. 0244/U/1981 Tanggal 15 Juli 1981 (Decree of Indonesia Minister of Education and Culture No. 0244/U/1981, dated July 15, 1981) 2. SK. Mendikbud RI. No. 0475/O/1992 Tanggal 23 November 1992 (Decree of Indonesia Minister of Education and Culture No. 0475/O/1992, dated November 23, 1992) 3. PP No.19 Tahun 1995 (Government Regulation No. 19 of 1995)

Sumber :
- Kunjungan Kuliah lapangan
- http://navigasi.net/goart.php?a=tbvredbg
- http://www.bentengindonesia.org
- Pemandu wisata Benteng Vredeburg Bpk Seno dan Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg

4 komentar :

wah, informasi yg sgt b'manfaat mas...^^.
sy follow ya...
follow back please :D

thanks b4....

wah komentar dan saran untuk benteng sangat bermanfaat, saya minta ijin ya gan... untuk memasukan komentar anda pada riset saya... :D

Posting Komentar