• Pantai Pok Tunggal

    Salah satu pantai di Gunung Kidul, dulu masih perawan, sekarang gatau :p

  • PUNCAK GUNUNG BEKEL

    Tim Ekpedisi HIMA dan Kapalasastra

  • TELAGA MADIRDO

    Yang tersembunyi di lereng Gunung Lawu

  • Candi Plaosan Lor

    Candi yang berlatar agama Buddha

  • Rabu, 26 Januari 2011

    Pidana Sandiwara

    Sejak lama/aparat penegak hukum/terbiasa memainkan sandiwara//
    Bagi penguasa/ atau orang kaya/pelaku pidana bisa dibeli/kambing hitam bisa disewa//
    Sang kambing hitam/diperiksa polisi/dipaksa mengaku/dan diseret ke pengadilan/untuk bermain sandiwara//
    Namanya juga sandiwara/pasti ada aktor-aktor utama/aktor pembantu/dan tentu saja sang sutradara//
    Pidana sandiwara/mengorbankan keadilan milik orang kecil/dan menguntungkan empunya kuasa/lewat rekayasa perkara//
    Pidana sandiwaralah/yang bekerja dibalik skenario pembunuhan marsinah/udin/munir/sampai kriminalisasi KPK//
    Anda boleh percaya/boleh juga tidak/karena kita dipaksa/dan dicekoki rekayasa yang percaya tidak percaya/sudah menjadi hal yang biasa//
    Makin hari kita tambah ragu/kemana kita harus mengadu/kalau hukum tak lebih dari pidana sandiwara/penuh reka-reka//

    --MATA NAJWA--

    Senin, 24 Januari 2011

    Secangkir KOPI HITAM

    hitam. . .
    keruh. . .
    saat kuteguk dan kurasakan
    pahit dan membekas di lidah. . .

    itulah kopi hitam kesukaanku,
    sesuai apa yang sedang terjadi di negeri ini,
    hitam, kelamnya birokrasi dan hukum di negeri ini
    pahitnya keadilan yang ada di negeri ini

    bukannya aku menyukai keadaan ini,
    tapi Ibu pertiwi ini begitu lama merasakan pahitnya ulah-ulah anak bangsa yang selalu menambah bubuk kopi di cangkir bangsa Indonesia ini,
    semakin pahit dan pahit
    terlalu lama sehingga semakin terbiasa dengan keadaan ini

    korupsi, ketidak adilan, kerusakan moral sudah terlalu banyak terjadi di negeri ini
    bukan hanya kalian yang ingin merasakan manisnya kopi hitam
    semua yang di negeri ini ingin merasakan
    berbagilah gula keadilan, kesenangan pada semuanya

    secangkir kopi hitam menginspirasiku tentang keadaan negeri ini,
    secangkir kopi hitam membuatku merasakan pahitnya keadaan negeri ini

    (untuk wakil rakyat,pejabat tinggi,penegak hukum dari suara rakyat kecil di negeri ini)

    Minggu, 23 Januari 2011

    January of my life 1

    januari. . . tahun 2011 , awal tahun. .
    suatu harapan baru dari diriku, ingin menjadi sosok yang lebih baik. .
    menyambut awal tahun baru aku berjalanan untuk menikmati suasana kota di malam tahun baru, jalan-jalan terlihat padat merayap, suara motor yang sangat berisik ikut meramaikan tepatnya memperkeruh suasana,
    di sisi jalan motor dan mobil berjajar. muda-mudi dengan pasangannya masing-masing, kerabat dan orangtua pun ikut juga meramaikan suasana. sampai di balaikota, duduk di depan gerbang dan minuman jahe anget yang membuat suasana menjadi segar. .

    Tidak terasa tahun 2010 telah berlalu, dan bulan januari 2011 datang, harapanku agar di bulan ini menjadi lebih berarti,dan mengerti apa yang aku jalani

    Awal januari kujalani rutinitasku ke kampus, menjadi mahasiswa ternyata ga seperti yang aku bayangkan,jauh berbeda sekali dengan masa-masa SMA,SMP dimana semua masih sangat sederhana belum serumit ini. .
    haah. . aku bingung, selama ini aku mencari dimana kebahagianku, seakan ada yang merampas semua itu, memang aku pendiam, aku tidak banyak berkata-kata, tapi yang aku rasakan sampai saat ini sesuatu yang hampa yang kosong, dan sulit untuk menjelaskan semua itu.
    seakan aku tersesat, hilang arah.

    sering aku sendiri mencari sebuah jawaban di taman kota, aku memang agak aneh. menyukai kesendirian di tengah keramaian, ga tau kenapa rasanya ada kepuasan batin.

    mungkin aku bosan,
    mungkin aku jenuh
    dengan semua ini, aku butuh suatu pandangan baru yang membuatku lebih semangat lagi, penuh harapan dan keceriaan.

    aku ingin menjadi sesuatu yang baru menuju aku yang lebih baik tanpa menyakiti orang lain. semoga keinginanku di 2011 ini terkabuL


    --hujanku di januari--

    setitik hujan di senja
    sejuk menyerta merasuk jiwa
    di malam tak satupun sinar yang muncul di mega
    di pagi mentari pun tak menyapa

    januari. .
    ya ini januari
    hujan datang tak terduga
    mentari enggan tersenyum
    tiap haripun hanya dingin dan dingin yang dirasa


    tapi aku suka januari
    karena memberi harapan
    sebuah awal langkah baru dari sebuah akhir
    pengharapan diatas keputusasaan

    december ends , january comes

    Minggu, 09 Januari 2011

    Benteng Fort Vredeburg

    Jogjakarta, kota yang terkenal dengan objek wisata dan beberapa peninggalan arkeologis dari jaman nirleka (prasejarah),jaman klasik,jaman kolonial,jaman kerajaan islam,sampai pada jaman kemerdekaan. tanggal 22 Desember 2010, pada saat kuliah lapangan saya,dosen,dan teman-teman arkeologi 2010 berkunjung ke beberapa tempat/situs peninggalan arkeologi. Dari beberapa tempat yang saya kunjungi dari masa klasik Candi sambisari, menuju ke pleret tempat situs masjid agung mataram islam, lalu di museum sonobudoyo tempat koleksi benda-benda arkeologis dari jaman nirleka sampai jaman islam, sampai ke benteng vredeburg dan pada akhir sesi kuliah lapangan kami dilewatkan di pojok benteng yang paling menarik untuk saya untuk membuat laporan ini adalah benteng vredeburg. kenapa benteng vredeburg yang saya pilih?
    saya tertarik dengan arsitektur, candi sambisari juga termasuk dalam arkeologi arsitektur, tapi saya memilih benteng vredeburg ini karena saya tertarik dengan arsitektur gaya eropa yang bisa diterapkan di Indonesia secara iklim,kondisi alam, dan cuaca di Indonesia berbeda dengan Eropa, tapi arsitektuk ini bisa menyesuaikan dengan keadaan yang ada di Indonesia. Penempatan benteng ini juga diperhitungkan dari beberapa informasi yang saya peroleh waktu di benteng maupun dari sumber-sumber dari internet memberitahukan bahwa dilihat dari letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya menghadap ke jalan utama menuju kraton merupakan indikasi utama bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa beridirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda. Besarnya kekuatan dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda termasuk Sri Sultan HB I, oleh karena itu usulan pembangunan benteng dikabulkan. Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang, pada tahun 1760, atas permintaan Belanda, Sri Sultan HB I telah membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut sebagai seleka atau bastion yang menyerupai bentuk kura-kura dengan keempat kakinya. Oleh Sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jayawisesa (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut), Jayaprakosaning (sudut barat daya) dan Jayaprayitna (sudut tenggara).
    dan seperti juga benteng di Jogja, kesamaan dan alasan penempatan benteng ini juga bisa di lihat di benteng vastenburg, tentu saja karena keraton kasuhunan Surakarta dan Keraton Jogjakarta mempunyai akar yang sama yaitu Mataram, tapi karena akal dan campur tangan Belanda maka Mataram di pecah belah agar kekuasaannya semakin kecil dan pembangunan benteng-benteng ini tujuannya untuk mengawasi gerakan dari Keraton sehingga Belanda bisa leluasa melakukan kekuasaannya di Nusantara khususnya bumi Jawa. Sedikit sejarah hubungan tentang berdirinya keraton Jogjakarta dan benteng Vredeburg. Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengat lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri Raja-raja Jawa pada waktu itu. Orang Belanda yang berperan penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti adalah Nicolaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa (Gouveurneur en Directuer van Java’s noordkust) sejak bulan Maret 1754. Pada hakekatnya perjanjian tersebut adalah perwujudan dari usaha untuk membelah Kerajaan Mataram menjadi dua bagian, yaitu Kasuhunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Selanjutnya Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alogo Abdul Rachman Sayidin Panata Gama Khalifatullah I. Sedangkan Kasuhunan Surakarta diperintah oleh Paku Buwono III. Langkah pertama yang diambil oleh Sri Sultan HB I adalah segera memerintahkan membangun kraton. Dengan titah tersebut segera dibuka hutan beringin dimana ditempat tersebut sudah terdapat dusun Pacetokan. Sri Sultan HB I mengumumkan bahwa wilayah yang menjadi daerah kekuasaannya tersebut diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota Ngayogyakarta.Selain sebagai Panglima Perang yang tangguh Sri Sultan HB I adalah juga seorang ahli bangunan yang hebat. Kraton Kasultanan Yogyakarta pertama dibangun pada tanggal 9 Oktober 1755 dan pada hari Kamis Pahing 7 Oktober 1756 meski belum selesai secara sempurna Sultan dan keluarganya berkenan untuk menempatinya.Setelah Kraton mulai ditempati kemudian beridiri pula bangunan-bangunan pendukung lainnya, misalnya bangunan kediaman Sultan dan kerabat dekatnya dinamakan Prabayeksa, selesai dibangun tahun 1756. Bangunan Sitihinggil dan Pagelaran yang selesai pada tahun 1757. Gapura penghubung Dana Pertapa dan Kemagangan selesai pada tahun 1761 dan 1762. Masjid Agung didirikan pada tahun 1771. Benteng besar yang mengelilingi kraton selesai pada tahun 1777. Dan akhirnya Bangsal Kencana selesai pada tahun 1792.Menurut Nicolas Harting, benteng tersebut keadaannya masih sangat sederhana. Temboknya terbuat dari tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren, sedangkan bangunan didalamnya terdiri atas bambu dan kaui dengan atap ilalang.Ketika Nicolas Harting digantikan oleh W.H Ossenberch pada tahun 1765, diusulkan kepada Sultan agar benteng diperkuat menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih menjamin keamanan. Usul tersebut dikabulkan dan selanjutnya pembangunan benteng dikerjakan dibawah pengawasan seorang Belanda ahli ilmu bangunan yang bernama Ir. Frans Haak. Tahun 1767 pembangunan benteng dimulai. Konstruksi-nya menggunakan semen merah, gamping, pasir dan batu bata. Menurut rencana pembangunannya akan selesai pada tahun itu juga tetapi pada kenyataannya proses pembangunan berjalan sangat lambat dan baru selesai pada tahun 1787, hal ini karena pada masa tersebut Sultan juga sedang giat-giatnya melakukan pembangunan Kraton Yogyakarta sehingga bahan dan tenaga yang dijanjikan lebih banyak teralokasi untuk pembangunan kraton. Setelah selesai bangunan benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi nama Benteng Rustenburg yang berarti (Benteng Peristirahatan).Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga banyak merubuhkan bangunan-bangunan antara lain Gedung Residen, Tugu Pal Putih dan Benteng Rustenburg serta bangunan-bangunan lain. Seluruh bangunan-bangunan tersebut segera dibangun kembali. Untuk Benteng Rustenburg segera diadakan pembenahan di beberapa bagian bangunan yang rusak. Setelah selesai dibangun kembali, nama Benteng Rustenburg berganti menjadi Benteng Vredeburg yang artinya Benteng Perdamaian. Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara Kasultanan Yogyakarta dan Belanda yang tidak saling menyerang pada waktu itu.
    dan ini deskripsi arsitektur dari benteng vredeburg : Benteng Vredeburg berbentuk segi empat, terdapat bastion pada tiap sudutnya. Ketingian tembok benteng sekitar 5 m dengan kemiringan tembok sekitar 5 drajat. Dinding benteng terbuat dari pasangan batu merah dengan ketebalan tembok sekitar 1 m dan dinding dalam memiliki tebal sekitar 60 cm dengan finishing spesi dan dicat warna krem. Terdapat jalur patroli pada sebelah selatan benteng dengan ketinggian sekitar 3 m dari permukaan tanah dan lebar 4 m untuk menghubungkan bastion satu dengan yang lainnya dan sebagai akses ke bangunan turutan. Pada bastion setiap bastion terdapat lubang bidik dan lubang meriam, bastion sebelah timur laut tidak terdapat jalur patroli dan memiliki tempat untuk berdiri prajurit (pedesthal).Gerbang benteng menghadap ke arah Barat. Terdapat juga meriam yang berjajar di sepanjang jalan menuju halaman dalam benteng. Menurut Mahidin, salah seorang pengelola benteng, meriam itu ditemukan saat penggalian parit pada gedung F, setelah itu pada sekitar tahun 1993 meriam itu diletakkan berderet di sepanjang jalan tersebut dan dibuatkan pondasi beton di bawahnya.

    dari pandangan saya sendiri tentang benteng vredeburg ini menurut saya menarik, dari segi tempat yang sangat strategis untuk saat ini karena ada di pusat kota, di ujung jalan malioboro, dan dekat dengan keraton serta tempat wisata yang lain, dari segi keindahan bangunan sudah terlihat dari eksteriornya sudah ditata rapi dengan hiasan tanaman serta tempat-tempat duduk untuk beristirahat,juga di tembok bentengnya kita bisa jalan-jalan seperti tentara koloni yang sedang berjaga tapi yang ini kita disuguhi pemandangan di sekitar benteng yang menyajikan panorama yang menjadikannya sungguh kontras, tapi dari segi interiornya dan pemanfaatan ruangannya menurut saya kurang maksimal karena terlihat masih ada beberapa ruangan yang tidak dipakai,saya tidak tahu apakah ruangan itu sedang diperbaiki atau memang tidak dipakai, kalau memang ruangan itu tidak dipakai sungguh sangat disayangkan karena kita tidak bisa mengoptimalkansumber daya arkeologi kita, mungkin bisa dibuat restoran di dalamnya dengan suasana eropa, tempatnya juga sudah mendukung, untuk fasilitas di dalamnya menurut saya kurang memadai dari lahan parkirnya saja sudah sempit, wc,mushola juga saya kira untuk lebih diperbaiki lagi, karena kurang layak jika fasilitasnya seperti itu, dari segi keamanan dan jam buka benteng vredeburg, perlu juga keamanan yang digunakan untuk menjaga benteng ini untuk menghindari hal-hal yang menyimpang misalnya saja kemarin waktu kuliah lapangan terdapat sepasang pemuda-pemudi yang sedang asyik berpacaran sepertinya karena kurang pengawasan sehingga pemuda itu bebas melakukan apapun, dan juga antisipasi pada aksi corat-coret di dinding benteng, karena bisa mengurangi keindahan benteng ini. Dan juga jam buka benteng ini, menurut saya jika jam buka benteng ini dibuka sampai sore/malam maka benteng ini akan lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan-wisatawan, jika dibuka sampai malam tentu saja harus dibarengi dengan event-event tertentu jadi pengunjung bisa menikmati keindahan benteng juga hiburan yang ada.




    Beberapa Data yang penting tentang Fort Vredeberg
    Nama (Name)
    FORT VREDEBURG
    Nomor PDA (PDA Inv. No.)
    623.1/ 14/ 05.01/ 004
    Nama Lain (Other Name)
    LOJI GEDE
    Fungsi Sekarang (Current Function)
    Museum
    Koordinat situs (Site Coordinate)
    S: 070o 48' 01,1" E: 110o 21' 58,1"
    Tahun Dibangun (Year of Build)
    1760
    Bangsa Pembangun (Builder)
    Belanda (Dutch)
    Pemilik sekarang (Current Owner)
    Keraton Yogyakarta
    Pengelola sekarang (Current Management)
    Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala Museum Vredeburg Yogyakarta (Ministry of Culture and Tourism, Directorate General of History and Archeology, Fort Vredeburg Museum)
    Luas Situs/Benteng (Fort's Area) : 22.480 m2
    Alamat (Address)
    Jl.Jend. Ahmad Yani No.6, Kel.Ngupasan, Kec.Gondomanan, Kota Yogyakarta,D.I.Yogyakarta
    Dusun / Kampung (Village / Kampong)
    -
    Desa Kelurahan (Town / Ward)/
    Kelurahan Ngupasan
    Kecamatan (Sub-District)
    Gondomanan
    Kabupaten / Kota (Regency / Municipality)
    Yogyakarta
    Kode Pos (Postal Code)
    55121
    Propinsi (Province)
    D. I. Yogyakarta
    Pulau (Island)
    Jawa
    Status Perlindungan Hukum (Registrated in)
    1. SK. Mendikdub RI. No. 0244/U/1981 Tanggal 15 Juli 1981 (Decree of Indonesia Minister of Education and Culture No. 0244/U/1981, dated July 15, 1981) 2. SK. Mendikbud RI. No. 0475/O/1992 Tanggal 23 November 1992 (Decree of Indonesia Minister of Education and Culture No. 0475/O/1992, dated November 23, 1992) 3. PP No.19 Tahun 1995 (Government Regulation No. 19 of 1995)

    Sumber :
    - Kunjungan Kuliah lapangan
    - http://navigasi.net/goart.php?a=tbvredbg
    - http://www.bentengindonesia.org
    - Pemandu wisata Benteng Vredeburg Bpk Seno dan Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg

    Jumat, 07 Januari 2011

    Tentang Feodalisme di Indonesia

    JELASKAN APA YANG DIMAKSUD DENGAN FEODALISME !
    Sistem keteraturan masyarakat yang menyangkut semua aspek pertama dari sistem  politik yang memberikan kekuasaan besar kepada golongan bangsawan, lalu sistem sosial yang mengagung – agungkan jabatan atau pangkat dan bukan prestasi kerja.
    Struktur feodal di Jawa berbeda sekali dengan struktur feodal di Eropa pada abad pertengahan (Semma,2008;Burger 1962) . sistem feodal di jawa dilandasi oleh kebudayaan jawa kuno yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Islam. di Jawa sistem feodalnya bersifat total berdasarkan masyarakat pertanian ( Schireke,1960)
    Saya akan menjabarkan Feodalisme kerajaan Indonesia yang paling berpengaruh pada politik, Feodalisme membentuk relasi atas-bawah yang dibangun dengan loyalitas. Feodalisme Jawa yang memiliki nilai kebudayaan yang direproduksi dan diwariskan secara turun temurun. Feodalisme Jawa dibangun atas kekuasaan penguasa didasarkan atas jumlah pengikut dan diikat oleh konsep bersatunya kawula dan gusti, atau bawahan dan atasan.
     Raja dianggap sebagai pusat dari segala kekuasaan dan alam semesta, serta pemilik jagad raya. Paham ini menempatkan raja sebagai pemilik tanah kerajaan dengan kekuasaan mutlak. Dalam situasi demikian itu, maka kawula hanya mengenal hak pakai atas tanah dengan sistem hanggadhuh. Terhadap kaum keluarga dan kerabat kerja serta para pegawai kerajaan diberlakukan sistem tanah pinjam berupa tanah apanase untuk kaum keluarga dan kaum kerabat raja (Sentra dalem), dan lungguh atau bengkok untuk para pegawai kerajaan (Abdi Dalem). Disamping itu dalam hal-hal khusus, raja menghadiahi tanah kepada sekelompok warga masyarakat tertentu dengan tugas-tugas tertentu. Dari kejadian ini lahirlah tanah-tanah perdika mutihan dan sebagainya
    Kedudukan pemimpin dalam masyarakat Jawa identik dengan kaum priyayi dan Bangsawan dan sangat dipandang tinggi dan mulia. Yang namanya trah bangsawan maupun priyayi memiliki citra khusus dan istimewa, selain ”berdarah biru” mereka dianggap mumpuni dan waskita dalam pergaulan masyarakat kebanyakan. Dan ketika orang-orang  berkedudukan lebih rendah tidak berhak menilai norma moral orang – orang  yang berkedudukan lebih rendah tidak berhak menilai norma moral orang-orang yang berkedudukan tinggi, apalagi mengkritik atau meminta pertanggung jawaban mereka, maka atasan dengan sendirinya dianggap benar, tidak pernah salah dan dengan demikian menjadi standar moral  yang akan ditiru oleh bawahannya.
    Struktur feodalisme dalam pandangan masa kini bisa di katakan tidak ada ketidakadilan dan memang itulah yang ada dalam sistem feodalisme. Yang paling berkuasalah yang mengatur segalanya dari segi politik, dia yang mempunyai lahan yang luas dan mempunyai harta kekayaan dialah yang berkuasa(bangsawan), tetapi ada juga yang secara turun – temurun berkuasa karena atas dasar  banyak pengikutnya dan dipercaya oleh para  pengikutnya (Raja). Sedangkan para abdi dalem itu hanya orang-orang yang setia pada raja atas dasar loyalitas dan sudah melayani dan berbakti pada raja dengan jangka watu yang tidak lama, serta para keluarga raja. Dan para petani dan wong cilik hanya sebagai bagian dari stratifikasi sosial yang sebenarnya sangat berperan penting dalam struktur feodal, seperti rakyat. Dalam era yang sekarang pun unsur rakyat sangat penting dalam sebuah negara tanpa adanya rakyat maka tidak bisa disebut negara, begitu pula dengan struktur feodalisme semakin sedikit rakyat maka kerajaannya pun semakin lemah. Karena pada masa feodalisme ini sektor pertanian sangatlah penting dan pertanian tidak akan berjalan tanpa adanya petani yang banyak pula mengingat semakin besar hasil produksinya maka kerajaan itu akan semakin maju.
    Itulah sedikit pandangan saya tentang Feodalisme yang ada di Indonesia yang saya kutip dari beberapa buku dan internet serta dari pemahaman saya


    Stuktur Feodal dan pengaruh terhadap ekonomi VOC dan Hindia Belanda di Wilayah Indonesia !
    Statifikasi sosial feodal masyarakat  jawa  terdiri dari :
    (a)    Raja mempunyai kekuasaan yang absolut atas atas hidup dan hak milik hamba kawulanya dari yang tertinggi hingga yang terendah
    (b)   Bangsawan, baik yang berasal dari keluarga raja maupun priyayi atau abdi dalam atau pegaawai kerajaan di atas kepala desa serta orang – orang yang tidak biasa ( cedikiawan, sastrawan / pujangga)
    (c)    Petani – wong cilik
    Paham kekuasaan Jawa yang dilandasi dengan despotisme membawa akibat raja harus mempertahankan monopoli kekuasaan mutlak . Oleh karena itu di Jawa tidak mungkin ada bangsawan – bangsawan daerah sejati yang memiliki otonomi luas. Karena juga terikat dengan doktrin despotis. Raja adalah turunan dewa yang menguasai segala tanah dan seisinya serta yang hidup di atasnya.
    besarnya kekuasaan raja dalam mengatur dan menentukan seseorang dalam tangga sosial masyarakatnya sehingga Raja berperan dalam mengangkat seseorang dari kalangan bawah menjadi seorang bupati atau patih melalui pangestu
    kaum priyayi, baik terhadap raja maupun terhadap kawula. Mereka nunut kamukten ( numpang kemuliaan) raja dengan cara melanggengkan simbol kekuasaan. Meninggikan raja dalam banyak upacara, sama
    dengan menegaskan kepriyayian mereka. Kesetiaan priyayi pada raja adalah karena perkenalan mereka sejak dini dengan kekuasaan melalui simbol- simbol bersamaan dengan sosialisasi. Stratifikasi priyayi yang ditunjukan dalam simbol baik jumlah sembah, pakaian, bahasa dan tempat duduk waktu mengahdap raja, semuanya memperkuat struktur tersebut. Menjadi abdi dalem bagi priyayi adalah cita – cita mereka sejak kecil.
    Pemimpin, orang –orang tinggi dan para orang tua dalam pandangan orang Jawa harus dilayani dan dihormati secara luas. Orang – orang bawahan merasa dihormati kalau boleh menghaturkan hadiah kecil kepada atasan , sebaliknya menjadi atasan membawa kewajiban untuk melindungi para bawahan dan mereka yang kedudukannya lembih rendah. Bawahan mengharapkan dari atasan perlindungan dan pedoman moral, sedangkan atasan boleh memperhitungkan pelayanan dan loyalitas dari para bawahan. Bawahan dan orang – orang rendahan tidak berhak untuk mengukur atasan atau orang – orang yang berkedudukan lebih tinggi norma moral, untuk mengkritik atau meminta pertanggungjawaban mereka , melainkan justru sebaliknya, kelakuan atasan dengan sendirinya dianggap benar dan dengan demikian menjadi standar moral yang akan ditiru oleh bawahannya (Suseno,1996). Koentjaraningrat ( 1969) menilai kenyataan tersebut secara negatif.

    Pengaruh pada VOC dan Hindia Belanda :
    Pada masa Van den bosch tahun 1830, pemerintah Belanda membangun sebuah sistem ekonomi-politik yang menjadi dasar pola kapitalisme negara di Indonesia.  Sistem ini bernama tanam paksa. Ini diberlakukan karena VOC mengalami kebangkrutan.Tanam Paksa merupakan tonggak peralihan dari sistem ekonomi perdagangan (merkantilis) ke sistem ekonomi produksi. Ciri-ciri tanam paksa ini berupa:

    1. Kaum tani diwajibkan menanam tanaman yang laku dipasaran Eropa, yaitu tebu, kopi, teh, nila, kapas, rosela dan tembakau; kaum tani wajib menyerahkan hasilnya kepada pemerintah kolonial dengan harga yang telah ditentukan oleh pemerintah Belanda;
    2. Perubahan (baca: penghancuran) sistim pengairan sawah dan palawija;
    3. Mobilisasi kuda, kerbau dan sapi untuk pembajakan dan pengang kutan;
    4. Optimalisasi pelabuhan, termasuk pelabuhan alam;
    5. Pendirian pabrik-pabrik di lingkungan pedesaan, pabrik gula dan karung goni;
    6. Kerja paksa atau rodi atau corvee labour untuk pemerintah;
    7. Pembebanan berbagai macam pajak.

    Sistem ini juga merupakan titik awal berkembangnya kapitalisme perkebunan di Indonesia.
    Tapi dalam pelaksanaan sistem ini pelaksanaannya tidak luput dari tatanan yang feodal, dengan menggunakan bantuan orang-orang lokal, di mana desa menjadi mata rantai antara petani dan pejabat di nusantara atau biasanya disebut regent oleh Belandadan regent ini bertanggung jawab kepada pemerintah setempat. Sehingga secara langsung VOC dan Hindia Belanda menggunakan para penguasa daerah sebagai alat untuk melakukan tanam paksa ini, karena tatanan liberalisme tidak mungkin diterapkan di Nusantara yang tidak selan dengan kultur masyarakat Nusantara.
    Karena paham konservatif ini secara langsung akan membentuk hubungan langsung antara pemerintah dan desa dengan melalui perantara seorang bupati, Bupati berperan sebagai pengawas dan menjamin produksi atau disebut mandor, sedang kepala desa bertanggung jawab memenuhi target produksi. Dan setiap bupati dan Kepala desa di bayar berdasarkan jumlah produksi dan kualitas produksi tersebut ( cultuurprocenten)
    Itulah beberapa alasan mengapan peranan feodal spenting bagi VOC dan Hindia-Belanda karena struktur masyarakat Nusantara yang tradisinal masih kuat menganut feodal jadi mau tidak mau VOC maupun Hindia Belanda harus mempunyai strategi untuk menyiasati hal tersebut, karena dari beberapa sistem yang dilaksanakan di Nusantara mengalami kegagalan, di antaranya monopoli, pajak dan lain lain. Dan untuk itu maka diadakan penyelesaian memalui percampuran antara kolonialisasi dan feodal,




    Sumber :
    Schrieke, B. 1960. Indonesian Sosiological Studies.:The Position Of The Regents From The Days Of the Dutch East India Company To The Constitutional Regulation of 1854. Bandung : Sumur Bandung. 2nd edition.

    Ricklefs, M.C.1992. Sejarah Indonesia Modern. Penerjemah: Dharmono HardjowidjonoYogjakarta: Gadjah Mada University Press.

    Kuntowijoyo. 2004. Raja, Priyayi Dan Kawula. Jogyakarta: Penerbit Ombak.

    Suseno, Frans Magnis. 1996. Etika Jawa : Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

    Dra. Erlina Wiyanarti, M.Pd
    ARTIKEL JURNAL INTERNASIONAL APPS “HISTORIA “ KORUPSI PADA MASA VOC DALAM MULTIPERSPEKTIF

    http://fms.ormawa.uns.ac.id/2008/10/20/tanah-apanage-di-jawa/
    http://sejarawan.wordpress.com/2008/06/15/feodalisme-”jawa”-bahasa-sebagai-legitimimasi-kekuasaan-pada-masa-orde-baru/

    Some considerations of The shift of Mataram’s center of Government From Central Java To East Java In The 10th Century


    1. Dari beberapa fakta sejarah Indonesia Kuno yang menyatakan perpindahan kekuasaan dari pusat kerajaan Mataram di Jawa Tengah ke Jawa Timur pada waktu perempat pertama abad ke 10 M. Dari beberapa fakta yang ditemukan secara berangsur angsur, raja mataram kuno pertama yang membuat prasasti pertama di Jawa tinur adalah RAKAI WATUKURA DYAH BALITUN, yang prasastinya terdapat pada belakang patung ganesha dari daerah Ketanen th 826 saka
    a. Prasasti Kinewu 829 saka dibelakang patung Ganesha
    b. Raja Daka jg menuliskan prasasti di jawa timur Prasasti SugihManek 837 saka
    c. Raja Rake LayanDyah Tulodon menyatakan kekuasaannya lebih awal di prasasti Harinjin         726 saka
    d. Rakai Sumba (Pankaja), Dyah wawa, Prasasti Kinawe 849 saka, Prasasti Sanguran 850 saka

    Opini dari Dr. N.J. Kroom : Bahwa Raja Mpu Sindok lah yang memindahkan kekuasaan ke jawa timur. Dengan dasar perkataan Poerbatjaraka di prasasti prasasti yang di buat olen Sindokdengan kata “kita prasidda masuraksa kadatwan rahyan ta i mdan i bhumi mataram i watugaluh”. dan dari bagian dari prasasti daksa dan wawa “kita prashida man raksa kadatwan sri maharaja i mdan i bhumi mataram”
    Dari pernyataan di atas bisa disimpulkan Pu Sindok tidak menempati Istana Medan karena kembali pada prasastinya sebagai istana para leluhurnya yang di dewakan ( Rhyan ta ). Istananya harus di pindahkan d tempat lain

    Beberapa kemungkinan alasan perpindahan kekuasaan ke Jawa timur  :
    Letusan Gunung Api, atau wabah dan alasan politik yaitu ancaman dari keturunan Sailendra yang berkuasa di Sriwijaya.

    Setelah 25 tahun lebih dari perumusan pendapatnya , Dr.B.Schrieke dan Dr.J.G Casparis ikut mengambil peran dalam masalah ini.

    2. Menurut Dr.J.G  de Casparis : akibat dari kemajuan perdagangan di arab pada abad 9 M. terdapat perdagangan internasional di wilayah nusantara. Yang meliputi bagian timur indonesia yang berkomoditi rempah-rempah dan kayu cendana dan jawa timur penghasil hasil hasil pertanian mereka melakukan perdagangan dengan pada saudagar asing dari arab,china,india yang membuat wilayah jawa timur semakin makmur.
    Kekhawatiran Sriwijaya yang melihat kerajaan di jawa timur bisa menguasai kongsi perdagangan internasional dan memonopolinya membuat Sriwijaya melakukan penyerangan di Jawa 925 M, Sriwijaya mendarat di Jawa Timut dan bergerak samapi di Nganjuk, tetapi berhasil di pukul mundur oleh Pu Sindok dalam Prasasti Anjukladan 859 saka / 937 M
    Dan karena kemajuan perdagangan di jawa timur Raja Balitun,Daksa,Tulodon,dan Wawa memberi perhatian khusus pada jawa timur.dan karena ancaman dari sriwijaya pusat pemerintahan di tarik ke jawa timur.
    Sedangkan menurut DR.B.Schrieke yang menjadi penyebab kenapa pusat pemerintahan pindah ke jawa timur adalah karena pembangunan Candi Borobudur yang menghabiskan seluruh kejayaan kerajaan waktu itu yang sedang jaya-jaya nya. Dan pembangunan Borobudur menyita banyak tenaga dai rakyat Mataram dan meninggalkan pekerjaan seperti bertani, berdagang dan aktifitas yang lainnya.sehingga terjadilah migrasi massal ke jawa timur.

    3. pertanyaan kenapa di Jawa timur sebagai tempat pemindahan kekuasaan dan apa hubungan antara raja dengan subjek ( bangunan religius ekonomi jawa kuno )
    L.C Damais berpacu pada prasasti kubukubu 827 saka yang menyatakan Balitung menaklukkan Bantan, Damais berpendapat Bantan adalah salah satu daerah di Bali yang  bertoponim seperti Batwan,Burwan, air Gangga dalam jangka kulapati di prasasti tersebut. Dia berpendapat bahwa Balitung tidak memindahkan kekuasaan ke jawa timur dia berasumsi bahwa jawa timur ditaklukkan oleh Balitung untuk memperluas kekuasaannya. Karena faktanya banyak prasasti yang ditemukan di Jawa tengah.
    Kroom mengandalkan pendapat-pendapat dari dari Poerbatjaraka bahwa kita harus menjelaskan kata "Rahyan Ta". tapi Boechari tidak terlalu setuju dengannya karena masalahnya tidak sesederhana itu. pada terjemahan yang terdapat pada prasasti Sugihmanek dan Sanguran yang berisi tentang keberhasilan melindungi istana Mdan. Dan dari Prasasti Anjukladan Paradah di Watugaluh.( sebuah daerah dekat Jombang di sekitar delta sungai brantas.
    Pertimbangan penting dari Kroom adalah tempat dari istana "istana Mdan yang di tuliskan dalam prasasti Siwagarha 778 saka dan prasasti Mantyasih 829 saka di prasasti Siwagarhadi temukan informasi tentang Dyah Lokapala ( Rakai kayuwani) menjadi raja tahun 778 saka di Mdan Mamratipura.
    Poh Pitu adalah tempat istana pendahulu Balitung. Nampaknya istana tersebut di bangun oleh masa raja Sanjaya setelah dihancurkan kekuatan Sanna. Poh Pitu dalam prasasti Canggal terletak di daerah Jawa tengah bukti pada : Prasasti Haliwanban 799 saka, Prasasti Poh 827 saka, prasasti Sansan, Prasasti Lintakan 841 saka, prasasti Waluken 849 saka.

    berarti sebelum kekuasaan Pu Sindok. pendahulu penendahulunya telah hijrah ke jawa timur karena suatu faktor. dari data epigrafi,sebelum periode kuno belum terdapat pemusatan pemerintahan. pada tahun 1016 pada saat Haji wora wari menyerang Dharmawangsa Teguh tidak dietahui atau belum jelas siapa raja yang dahulu hijrah ke jawa timur apakah Daksa, Tulodon atau wawa.
    pada saat airlangga berkuasa. penguasa daerah seperti wura wari perlu diatasi dari prasasti Baru 925 saka , Pucanan 963 saka yang menjelaskan tentag peperangan diperoleh informasi bahwa Ibukota Wwatan Mas behasil di kalahkan oleh musuh dan terpaksa Airlangga melarika diri ke Platakan dan mendirikan istana Kahuripan ( prasasti Kamaglayan 959 saka)
    Dari cerita - cerita di atas didapat informasi bawa penguasa kecil menggunakan gelar "samya haji atau haji" "bharata atau Brha". sama seperti di jawa tengah yang menggunakan "rakai atau rakyan".
    kekuasaan lokal tersebut mungkin bukan dari kalangan raja. tapi dari informasi Hsin T'ang Shu tentang kerajaan Holing terdapar 28 negara kecil yang tidak terlalu menunjukkan eksistensinya. mungkin dari bagian kecil itu dsapat membentuk suatu kekuasaan yang besar.
    Bagian dari prasasti Tuhanaru 1245 saka, di jalaskan bahwa penjelmaaan dari WISNU adalah orang yang terpilih yang dioandang oleh masyarakat dan untuk mengabdinya di buatlah kuil atau istana dengan bentuk seperti Mahameru.
    Di tulisan lain dijelaskan Raja Jawa Kuno bukan raja yang lalim. karena rakyar bebas dalam menyampaikan keluhan pada rajanya dan ajaran jawa tentang Karma dan Samsara sangat berperan dalam kepercayaan orang jawa kuno. yang kebanyakan diceritakan dalam relief di Borobudur.
    dalam pembangunan Borobudur semua kasta dari Brahmana,Ksatria,Waisya dan Sudra ikut dalam pembuatannya dari perancangan sampai ke penyusunan batu yang dilakukan oleh kaum sudra. relief di candi borobudur tersebut menceritakan dari bercocok tanam,perdagangan, sampai transportasi.

    4. Tentang teori J.G de Casparis dan B.Schrieke yang menyatakan pusat pemerintahan pindah karena perdagangan yang maju
        Raja Mataram Kuno Mpu Sindok pada tahun 929 memindahkan pusat Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Menurut catatan sejarah, tempat baru tersebut adalah Watugaluh, yang terletak di tepi Sungai Brantas, sekarang kira-kira adalah wilayah Kabupaten Jombang (Jawa Timur). Kerajaan baru ini tidak lagi disebut Mataram, namun Medang, Namun beberapa literatur masih menyebut Mataram.

    Ada sumber sejarah lain yang menyebutkan latar belakang mengapa pusat kerajaan pindah ke timur. Singkatnya, sejak Rakai Pikatan menyebabkan Balaputeradewa hijrah ke Sriwijaya, terjadi permusuhan yang mendalam dan berlangsung berabad abad, antara Kerajaan Jawa (Mataram Hindu) dengan Kerajaan Melayu (Sriwijaya).

    Raja terakhir Kerajaan Mataram Hindu, Raja WAWA, memberikan mandat dan kekuasaan penuh pada menantunya, Mpu Sendok, untuk memimpin Kerajaan Mataram Hindu dalam keadaan darurat perang untuk melawan Kerajaan Sriwijaya.

    Maka di sekitar Tahun 929 M di Desa Candirejo Kec. Loceret Kab. Nganjuk, Mpu Sendok memimpin perang gerilya dan terjadi pertempuran hebat antara prajurit Empu Sendok melawan Bala Tentara kerajaan Melayu (Sriwijaya). Empu Sendok memperoleh kemenangan gilang gemilang. Kemudian Empu Sendok dinobatkan menjadi raja bergelar SRI MAHARAJA MPU SENDOK SRI ISHANA WIKRAMA DHARMA TUNGGA DEWA. Untuk menghindari serangan Sriwijaya berikutnya, Mpu Sindok memindahkan pusat kerajaan lebih ke timur.

    5. dari kitap pararaton di dapat informasi antara tahun 1401-1406 M terdapat perang antara Suhita dan Bhre Wirabumi yang berada pada sisi barat kerajaan . dan pada prasasti Petak 1408 Saka, Sri Girindrawardhana Dyah Ranawijaya berhasil menyerang Majapahit.
    Babad Tanah Jawi menceritakan perkembangan islam di mataram dari ki Ageng Pamanahan,Panembahan Senopati sampai ke cicitnya Sultan Agung. pada saat pemerintahan sultan Agung, Beliau membuat istana baru di Karta dan anak dari Sultan Agung pindah ke Pleret. pada Tahun 1677 M istana ini di berontak oleh Trunajaya, memberontak Amangkurat !, dan beliau meninggal di TegalArum.setlah pemberontakan itu di bangun istana Wanakarta yang diubah namanya menjadi Kartasura. Pada 1724 Kartasura di serbu oleh Tjakraningrat IV dari Madura, dan perbaikan istana susuhan Pakubuwana II didirikan istana baru di Surakarta.

    Dr. R.W Van Bemmelen seorang ahli geologi mengindikasikan erupsi gunung Merapi di masa lalu membuat gempa dan hujan abu serta banjir lava maka dipastikan di sekitar Merapi khususnya bagian barat dan selatan gunung benar hancur dan tertutup abu yang tebal. Van Bemmelen menghubungkan meletusnya gunung itu di sebut pralaya, hancurnya kerajaan Teguh tahun1016 pada Prasasti PUCANAN.
    jika benar istana mataram telah pindah ke delta brantas waktu itu, kemungkinan kecil mataram tidak terpengaruh oleh letusan tersebut. butuh data yang pasti untuk memastikan bencana tersebut. jika memnunjukkan sekitar perempat abad 10 sampai 11, kita bisa yakin perpindahan kekuasaan Mataram dari Jawa tengah ke Jawa Timur sekitar tahun 929 M akibat dari letusan Gunung berapi.

    Banyak artikel lain yang menyebutkan sebab perpindahan pusat pemerintahan kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timurdari rangkaian perang setelah kekuasaan Rakai Kayuwani Pu Lokapala. karena kemarahan Dewa, dari hebatnya letusan Merapi, Jumlah populasi yang berlebihan. dataran kedu dan mataram yang awalnya subur menjadi tidak subur. dan mungkin dari faktor ekonomi tapi Boechari menyatakan bahwa Kepercayaanlah yang berperan besar dalam masalah ini.