(Muhammad Ismail/JIBI/Solopos) |
BOYOLALI, Sebuah kota yang terkenal sebagai kota penghasil susu di Jawa Tengah. Kota yang terletak di lereng timur Gunung Merapi ini selain terkenal sebagai kota susu ternyata juga menyimpan banyak keanekaagaman cagar budaya. Dari yang berada di lereng Gunung sampai di dataran rendah, dari situs klasik, kolonial sampai islam.
Pada bulan Maret 2016 yang lalu, di Boyolali , tepatnya di Dusun Dukuh, Desa Giriroto, Sawahan Boyolali, dihebohkan dengan temuan stuktur candi yang berada di lahan persawahan warga. Usut punya usut, ternyata lahan tersebut akan dijadikan perumahan. Awal ditemukan situs tersebut dari ditemukannya sebuah arca oleh warga. BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Jawa Tengah menanggapi temuan tersebut dengan melakukan ekskavasi selama seminggu untuk mengumpulkan data ( 4 - 7 April 2016 ).
Arca yang ditemukan di situs Watu Kebo/ Giriroto foto : |
Setelah dilakukan ekskavasi, didapatkan data bahwa struktur situs sebagian besar menggunakan bata dan bagian dasar berupa pasir sebagai landasan (Muhammad Junawan, http://metrojateng.com/2016/04/05/situs-candi-di-giriroto-diduga-dari-abad-9-masehi/). Situs ini juga diperkirakan peninggalan dari abad 8 - 9. Jika di lihat dari periode relatif umur situs tersebut, maka situs ini sejaman dengan situs yang berada di sekitaran Boyolali (Candi Lawang, Situs Cabean Kunti, serta beberapa situs di sekitar Banyudono dan Mojosongo) serta sejaman dengan situs yang berada di dataran Magelang.
Bahan candi yang merupakan bahan yang jarang dipakai di ranah percandian di daerah Jawa Tengah. Jika kita melihat candi-candi di Magelang, Jogja sampai di Kabupaten Semarang, candi tersebut umumnya memakai bahan utama batu andesit. Beberapa candi yang menggunakan bahan penyusun utama berupa bata antara lain Candi Retno, Candi Banon, Candi Abang. Sedangkan lain cerita jika melihat ke Jawa Timur, akan banyak ditemukan candi yang menggunakan bahan penyusun utama berupa bata.
Beberapa Fragmen bata di sekitar Situs Giriroto |
Menurut beberapa pendapat ahli, penggunaan bata sebagai bahan penyusun utama candi dikarenakan jarangnya ketersediaan bahan batu andesit di sekitar situs tersebut, sehingga pembuatan bata sebagai penyusun utama candi digunakan. Tetapi pendapat tersebut masih merupakan hipotesis semata, untuk penelitian lebih lanjut tentang bata masih dikaji lebih jauh.
Ekskavasi oleh BPCB Jawa Tengah sumber : (Muhamad Nurhafid/CN 34/ SM Network) |
Pada bulan Oktober 2016, saya berkesempatan untuk mengunjungi situs tersebut, dan memang benar situs ini sebagian berada dalam area pengembangan perumahan. Beberapa patok kavling tanah sudah disiapkan untuk pembangunan. Menurut saya sebelum kejadian "Candi dalam Rumah", sebaiknya pihak yang berwenang segera mengambil tindakan untuk penyelamatan, terlepas dari pernyataan "Candi ini tidak akan direkonstruksi karena minimnya data untuk merekonstruksi kembali candi", tetapi candi yang ditemukan di wilayah ini juga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan yang lain (selain untuk kepentingan penelitian). Untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya ini toh warga sekitar harusnya juga mendapatkan manfaat. Sebelum kejadian urusan perut mengalahkan urusan peninggalan budaya. Warga sekitar juga harusnya ikut diuntungkan dengan keberadaan Cagar Budaya.
Letak Situs Giriroto dan are pengembangan Perumahan ( Google Earth ) |
Oleh karena itu, sangat penting untuk menggandeng warga untuk ikut melestarikan cagar budaya. Terlebih lagi area yang digunakan "mungkin" masih bisa dinegoisasi lagi karena masih tersedianya lahan di area ini.
Sumber :
1.http://metrojateng.com/2016/04/05/situs-candi-di-giriroto-diduga-dari-abad-9-masehi/
2.http://www.soloraya.koranjuri.com/2016/04/pasca-eskavasi-bpcb-satu-lagi-arca-penjaga-candi-di-temukan/
3.http://www.solopos.com/2016/03/25/benda-bersejarah-boyolali-struktur-batu-bata-kuno-di-giriroto-kembali-ditemukan-704227
4.http://berita.suaramerdeka.com/situs-candi-giriroto-tidak-akan-direkontruksi/