Borobudur terletak di dataran tinggi Kedu yang subur. Borobudur berada di tempat yang strategis tepat beberapa di beberapa jajaran Gunung dan pegunungan. Di sebelah Timur terdapat Gunung Merbabu dan Merapi ( yang masing-masing mempunyai tinggi 3142 meter dan 2911 m ) dan Gunung Sumbing dan Sindoro di sisi barat laut ( dengan ketinggian 2271 meter dan 3135 meter), lalu di sebelah utara, barat daya dan selatan Borobudur terdapat pegunungan Tidar dan Manoreh. Sedangkan di bagian tenggara dan timur Borobudur terdapat Sungai Elo dan Progo yang mengalir di sela-sela antara gunung merapi dan pegunungan Manoreh.
Candi Borobudur adalah salah satu kekayaan Budaya Indonesia, bangunan ini pernah masuk dalam salah satu 7 keajaiban dunia. Menakjubkan bila bangsa Indonesia mempunyai kekyaan yang tak ternilai dan penuh misteri. Candi yang bernuansa Buddha terletak di Kabupaten Magelang, Jawa tengah. Candi Borobudur merupakan peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno dari abad ke 8 dari dinasti syailendra. Dan tidak tahu sampai kapan Candi ini ditinggalkan dan ditemukan lagi pada tahun 1814.
Penemuan kembali pada tahun pada tahun 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Dia adalah seorang Gubernur Jenderal Inggris yang menjadi wali negara Indonesia. Waktu itu Raffles mendapatkan informasi bahwa di daerah Kedu telah ditemukan susunan batu bergambar, Pada saat penemuannya itu Candi Borobudur dalam keadaan seperti bukit yang tertutup oleh semak belukar sama sekali tidak tampak sebuah bangunan yang tersembunyi di situ. Ketertarikannya untuk mengungkap temuan itu kemudian ia mengutus Cornelius untuk membersihkannya. Pekerjaan ini dilanjutkan oleh Residen Kedu yang bernama Hartman, dan pada tahun 1835. Disamping kegiatan pembersihan, ia juga mengadakan penelitian khususnya terhadap stupa puncak Candi Borobudur, Namun dalam penelitian ini tidak dibuat laporan sehingga sulit untuk mencari jejak sejarahnya. Selanjutnya, Pendokumentasian berupa gambar bangunan dan relief candi dilakukan oleh Wilsen selama 4 tahun sejak tahun 1849, sedangkan dokumen foto dibuat pada tahun 1873 oleh Van Kinsbergen.
Sebelumnya di kitab – kitab babad Tanah Jawi dari abad ke 18 juga menjelaskan tentang keberadaan Borobudur dengan cerita kejadian yang membuktikan bahwa bukit itu ( Borobudur ) memang angker karena Bukit itu mendatangkan malapetaka, di kisahkan ada seorang pemberontak yang melarikan diri ke bukit Borobudur ini lalu Pemberontak itu ditahan disini oleh tentara Mataram pada tahun 1709, Bukit itu di kepung oleh tentara Mataram dan dan di bawa kepada raja untuk dihukum mati. Babad Mataram juga menceritakan larangan tentang seorang bangsawan untuk berkunjung ke Candi Borobudur, tetapi tahun 1757 seorang pangeran mengindahkan larangan itu dan mengunjungi "satria dalam kurungan" yaitu arca Buddha yang terdapat dalam stupa di Puncak Candi Borobudur, lalu setelah kembali di Istana Dia meninggal hanya setelah sakit satu hari saja.
Banyak misteri yang ada di Candi Borobudur ini yang belum terungkap mengenai nama sebenarnya Candi Borobudur yang banyak diperdebatkan, juga tentang Letak dari Borobudur ini yang penuh misteri, dikatakan Candi Borobudur ini seperti sebuah teratai dari kelahiran Sang Buddha (Nieuwenkamp :1931) . ada juga yang menghubungkan bahwa Candi ini ada hubungan dengan candi Pawon dan Candi Mendut, Jika di tarik Lurus ke timur dari Candi Borobudur ketiga Candi ini segaris, lalu apakah arti semua ini, inilah yang menjadi misteri untuk diungkap.
A. Arti penamaan "Borobudur"
Candi Borobudur sebuah peninggalan bangunan yang dibangun pada saat keemasan kerajaan Mataram dimana raja dari wangsa Syailendra sedang berkuasa sekitar abad ke 8 dan pertengahan abad 9 (Soekmono : 1986). Pada saat pemerintahan Sri Kahulunan ini memang pembangunan besar-besaran dilakukan ditandai dengan jumlah besar candi-candi yang ada di Jawa, di lereng Gunung adalah bangunan agama Siwa, sedangkan yang bertebaran di dataran – dataran rendah adalah bangunan baik beragama Siwa maupun Buddha Mahayana (Soekmono : 1986).
Lalu nama Syailendra ini muncul pada saat ditemukannya prasasti Sodjomerto yang ditemukan di Pekalongan. Ternyata dalam prasasti tersebut adalah nama orang yang menampilkan sebagai seorang raja. Prasasti Sodjomerto itu tidak berangka tahun tetapi dari telaah Paleografi tulisan tersebut diperkirakan dari pertengahan abad ke 7, lebih tua dari dari prasasti Canggal yang berangka tahun 732 M yang di buat oleh raja Sanjaya kerajaan Mataram. Berati pada saat Borobudur ini dibangun antara Agama Hindu dan Buddha sudah hidup secara berdampingan .
Tentang nama yang seseungguhnya dari Borobudur banyak ahli yang menyatakan teori – teori tentang nama Borobudur dan sampai ini belum diketahui dengan jelas arti dari Borobudur itu, berikut teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang arti nama Borobudur :
- Thomas Stamford Raffles, Raffles melakukan penelitian berdasarkan keterangan yang dikumpulkan dari masyarakat sekitar. Dan pada tahun 1814 dia menerima laporan dari desa "bumisegoro" tentang Borobudur. Sedangkan jika ditelaah dari kitab Babad tanah Jawi (abad 18) ada disebutkan "bukit Borobudur" yang diartikan Budur yang kuno (Boro= kuno, budur= nama tempat), kata "budur" mungkin dapat dikiaskan sebagai "bukit" , tetapi dalam kalimat Jawa kata "budur" berarti "sari aren yang dimasak" suatu kata yang tidak ada hubungannya dengan kecandian. Maka dari itu ada sebuah usaha untuk menerangkan kata "budur", yaitu menyamakan dengan kata "budo" dalam bahasa jawa yang berarti kuno. Lalu Raffles mencoba menyampaikan pendapatnya yang lain, yaitu "boro" yang berarti "Yang Agung" dan "budur" yang artinya sama dengan "Buddha", Maka kata Borobudur berarti " Sang Buddha Yang Agung". Dari arti kata yang lain dalam bahasa Jawa Kuno kata "Bhara" berarti "banyak" sama seperti kata "para" yang sekarang digunakan dalam bahasa Indonesia yang menunjukkan pengertian dalam jumlah yang banyak, bila demikan "Borobudur" diartikan sebagai "Buddha yang banyak", sehingga banyaknya jumlah arca Buddha di Candi Borobudur menjadi sebab penamaan.
- JG de Casparis, kata Borobudur Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara, berdasarkan kutipan dari prasasti Sri Kahulunan 842 M, menurut keterangan Dr Bernet Kempers, Dr De Casparis mengetahui adanya sebuah penganugrahan sebuah desa yang memberikan sebagian wilayahnya kepada sebuah badan agama. Lalu tempat itu dibuat untuk sebuah tempat ibadah atau bangunan yang suci. Badan agama tadi adalah sebuah Kamulan (bangunan suci) yang disebut Bhumisambhara, yang bisa berarti "kebajikan, dan pengetahuan yang didapat pada tingkatan suksesif dari ke- bhodisattwa-an. Lalu De Casparis menyimpulkan dengan sebutan "Tumpukan kebajikan pada kesepuluh tingkatan(ke-bhodisattwa-an)" sulit diterima sebagai nama sebuah bangunan suci, seharusnya dengan nama yang lengkap, seperti "Bhumisambharabudhara" yaitu "bukit tumpukan kebajikan pada kesepuluh tingkatan (ke-bodhisattwa-an). Tetapi menurut Dr Bernet Kempers penambahan kata budhara itu sendiri tidak ada tertera dalam prasati yang bersangkutan tidak juga tertera pada prasasti yang lain, kata tersebut semata-mata berasal dari keinginan saja yang memang mengundang banyak Tanya dari asal kata "Borobudur" ini . Namun menurut Dr Soekmono perubahan kata-kata dari "BhumisambharaBudhara" menjadi Borobudur dapat diterangkan sebagai gejala umum dalam sehari-hari hanya untuk kepentingan dalam mempermudah dalam penggunaan kata saja.
- Ir. JL. Moens, seorang sarjana dari Belanda mengemukakan pendapatnya tentang penamaan "Borobudur" yang cenderung mengukuhkan pendapat dari JG de Casparis, berdasarkan perbandingan kata yang terdapat di India Selatan, yaitu kata "bharasiwa" yang berarti menyebutkan para pengikut setia dewa siwa. Maka tidak jauh dengan dengan kata "bharabudhara" yang berarti sebutan bagi para pengikut setia agama Buddha. Lalu dia menghubungkannya dengan kata "ur" berasal dari daerah Tamil yang berarti "kota". Maka "Bharabuddhara+ur" berarti "Kota para penjunjung tinggi Sang Budha" dan sekarang menjadi Borobudur.
- Dr Soekmono, Dengan mengaitkan nama desa yang bernama "Boro" di sekitar Borobudur dan bila dihubungkan dengan nama "budur" yang ada di Kitab Nagarakertagama yang berarti bangunan suci agama Buddha dari aliran Wajradhara. Namun bila benar itu artinya maka jika "Borobudur" berarti susunan katanya terbalik dan berarti "(Bangunan suci) Budur (di desa) Boro. Menurut Soekmono fungsi Candi Borobudur sebagai tempat ziarah untuk memuliakan agama Budha aliran Mahayana dan pemujaan nenek moyang.
- Dr.Poerbatjaraka, kata "Budur" terdapat dalam kitab Nagarakertagama (1365) yang berarti tempat yang tinggi/bukit. lalu menurut Poerbatjaraka kata "Bara" mungkin berasal dari kata Byara atau Wyara atau wihara yang berarti rumah pertapaan para bhiksu/pendeta, tetapi dalam arti luas Biara berarti tempat pemujaan bagi seluruh umat. Berarti Borobudur mempunyai arti biara di atas bukit, dengan ditemukannya sebuah fondasi batu bata dan genta perunggu berukuran besar pada saat ekskavasi tahun 1952, Genta ini memperkuat pernyataan bahwa bangunan ini dulunya adalah sebuah biara.
Dari beberapa pendapat ahli di atas memang asal dari "Borobudur" sulit disimpulkan berasal dari mana apakah desa tersebut yang mengikuti nama dari Borobudur itu ataukah Borobudur itu yang mengikuti nama dari bangunan agung tersebut. Dari perdebatan tersebut yang paling mendekati adalah pendapat dari Dr.Soekmono yang menggunakan nama Desa sebagai acuan untuk mencari asal-usul dari kata Borobudur tersebut dan dengan kata "budur" yang terdapat dalam kitab nagarakertagama yang berarti bangunan suci, jadi pada ekskavasi tahun 1952 yang dilakukan oleh Dr.Poerbatjaraka tersebut selain memperkuat bahwa bangunan tersebut merupakan biara, juga memperkuat bahwa di desa boro terdapat bangunan suci yang sampai sekarang berdiri dengan nama Borobudur.
B. Hubungan antara Candi Borobudur dan sekitarnyaBorobudur secara geografis terletak di dataran tinggi Kedu dan letak dari Candi ini berada di atas bukit, jadi pembangunan dari Borobudur ini menggunakan Bukit yang ada.
Gambar. Keadaan tanah di Candi Borobudur
Di sebelah timur dari candi Borobudur terdapat persatuan sungai Elo dan sungai Progo, menurut Soedarsono keadaan sungai Elo dan dan Progo sama seperti keadaan sungai Gangga dan Yamuna, sungai ini juga bersatu seperti itu dan tepat di bersatunya sungai tersebut disanalah terdapat kota suci Prayaga.
Dengan membandingkan beberapa nama yang hampir sama dengan nama yang ada di daerah lain yang d duga sebagai konsep pemilihan tempat ini. Nama progo ini dihubungkan dengan nama prayaga dan elo dihubungkan dengan Irawati ( Irawati-Ilwa-Elo). Walaupun begitu ini hanyalah sebuah hipotesa dari seorang ahli untuk menghubungkan suatu tempat yang masih ada hubungannya dengan Borobudur. Sungai Progo dan Elo mengalir ke tenggara, melewati sela-sela diantara belokan pegunungan Manoreh ke selatan dan kaki Gunung Merapi lalu menuju ke Laut Selatan.
Borobudur selain dekat dengan sungai letaknya juga dikelilingi oleh gunung-gunung yang berjajar di segala sisi dengan tinggi puncak yang berbeda-beda. Gunung tidar yang diibaratkan sebagai Paku pulau jawa terlihat dekat berada di selatan Gunung yang berderet yaitu Gunung Sumbing, Sidoro dan Prahu di sisi Barat Laut Borobudur. Lalu di Barat dataran tinggi Kedu terlihat Gunung Slamet yang jaraknya sangat jauh dari Borobudur ini berjarak kira-kira 120 km tetapi dari Puncak Borobudur bisa terlihat jika cuaca sedang terang.
Di sebelah utara Borobudur terdapat Bukit Krikil, Pingit, Gunung Ungaran, Telomoyo dan Andong. Lalu di sebelah timur dari Borobudur terdapat Gunung Merbabu yang dulunya disebut Gunung Damalung atau Umalung dan Gunung Merapi yang sekarang masih menjadi gunung yang aktif. Di sebelah selatan terdapat pegunungan Menoreh yang mempunyai nama-nama puncak yaitu : Gadjah mungkur, Adiardjo, Argaretno, Giripurno, dan Suroloyo, dari cerita rakyat bukit Manoreh jika dilihat dari Puncak Borobudur salah satu puncak itu terlihat seperti muka orang yang berbaring dan ceritanya satu puncak itu adalah pencipta Gunadharma yang beristirahat dan mengawasi Candi Borobudur selama berabad-abad.
Di sisi Timur Candi Borobudur terdapat beberapa candi yaitu candi Pawon, candi Mendut dan gugusan Candi Ngawen yang terdiri atas 5 bangunan. Menurut Dr. Poerbatjaraka, Candi Borobudur, Candi Pawon dan candi Mendut dulunya saling berhubungan karena letaknya yang segaris, arah Borobudur yang hampir tepat ke timur ( beda 1,5º) lalu garis ke candi Pawon menyimpang 73º dan candi Mendut menyimpang 58,5º dari utara. Berdasarkan cerita Diwyawadana (karangan Het Borobudur-Problem) bahwa semula ada 4 candi semacam candi Mendut pada jarak 3 km. bahkan Dr Stuterheim mengira bahwa arca di Mendut menyambung cerita Lalitawistara di Borobudur yang berhenti dengan pelajaran di kebun menjangan di Benares, sebaliknya Ir. JL. Moens menyangkal tentang pendapat Stuterheim ini karena mudra di penutup Lalitawistara itu : Witarkamudra, sedangkan arca Buddha di Mendut mempunyai dharmacakra mudra. Sampai sekarang belum ada yang memastikan tentang hubungan Candi Borobudur, Candi Pawon dan Candi Mendut tetapi menurut cerita dahulu penah ada jalan dari Mendut, Pawon dan Borobudur. Dan berdasarkan penelitian Van erp, berdasarkan fondamen-fondamen pintu utama dari candi Pawon dan candi Mendut arah gerbang muka dari kedua candi tersebut kemungkinan ada jalan raya yang menghubungkan ketiga candi tersebut. Jadi kemungkinan besar ada hubungan antara ketiga candi tersebut tetapi hanya belum ditemukan bukti-bukti yang menguatkan tentang hubungan ketiga Candi tersebut.
Gambar. Candi Borobudur – Candi Pawon – Candi Mendut
Candi Borobudur dibalik kemegahannya ternyata dibalik itu juga menyimpan misteri yang penuh teka-teki yang sampai sekarang masih belum terjawab, dari namanya saja "Borobudur" ternyata menimbulkan perdebatan dari beberapa ahli tetapi menurut bukti nyata yang ada sekarang, saya mendukung teori dari R.Soekmono yang menyatakan bahwa nama "Borobudur" berasal dari nama desa setempat yaitu desa "boro" dan "budur" di kitab Nagarakertagama yang berarti "bangunan suci". Karena kebanyakan tempat menggunakan suatu nama yang mempunyai asal – usul, tetapi karena perkembangan jaman dan waktu tempat yang suci ini ditinggalkan dan terkubur menjadi sebuah bukit. Dan yang tersisa hanya sebuah nama dan ditemukan kembali pada tahun 1814.
Kemudian tentang keletakan candi Borobudur yang berada di sekitar pegunungan dan gunung serta di pertemuan dua sungai, tempat ini walaupun terletak di dataran tinggi tetapi tempat ini sangat subur dan pemandangannya pun juga sangat menakjubkan. Di timur candi Borobudur terdapat Candi Pawon dan candi Mendut yang menurut beberapa ahli dan cerita rakyat dahulu ketiga candi ini saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, kemungkinan untuk pendapat itu memang mungkin adanya karena pada jaman dahulu untuk membangun sebuah bangunan tidak dilakukan dengan sembarangan, seperti halnya Candi Ngawen yang mempunyai 5 gugusan bangunan candi. Dan candi Borobudur yang besar ini antara Candi Pawon dan candi Mendut ada hubungannya tetapi hanya belum ada bukti yang kuat tentang hubungan itu, hanya letaknya yang segaris saja yang bisa membuktikan bahwa candi itu berhubungan sampai sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
- Joesoef, Daoed.2004. "BOROBUDUR".Jakarta : Kompas
- Soedarsono.1954. "Menudju Borobudur". Djogjakarta : Hoofd Agent-Percetakan RI
- Supriyoko.1983. Judul 'Borobudur Teratai Indah' seri buku warisan budaya "Menyingkap tabir misteri Borobudur".Djogjakarta : Gadjah Mada University Press
- Mamoque.1983. Judul 'Garis Borobudur, Pawon, Mendut menuju kemana'
seri buku warisan budaya "Menyingkap tabir misteri Borobudur".Djogjakarta : Gadjah Mada University Press
- Setiadijaya, Barlan.1985.Judul 'Candi Borobudur, satu monumen astronomi purbakala?' seri buku warisan budaya "Menyingkap tabir misteri Borobudur".Djogjakarta : Gadjah Mada University Press
- Soekmono,DR.1986. "Candi Borobudur : Pusaka budaya umat manusia". Pustaka Jaya : Bandung
- R Soetarno,Drs.1993. "Aneka Candi Kuno di Indonesia". Dahara Prize : Semarang
- Adam, Roys.1990. "In Photographs-past and present". University of Leiden : Leiden
- Notosusanto,N dan Marwati DP.1984. "Sejarah Nasional Indonesia II". PN Balai Pustaka : Jakarta
MAKALAH misteri dibalik pembangunan candi Borobudur
Jangan lupa nyantumin nama dan sumbernya yakk...
0 komentar :
Posting Komentar