• Pantai Pok Tunggal

    Salah satu pantai di Gunung Kidul, dulu masih perawan, sekarang gatau :p

  • PUNCAK GUNUNG BEKEL

    Tim Ekpedisi HIMA dan Kapalasastra

  • TELAGA MADIRDO

    Yang tersembunyi di lereng Gunung Lawu

  • Candi Plaosan Lor

    Candi yang berlatar agama Buddha

  • Senin, 10 April 2017

    Ada Candi Bata di Kota Susu

    (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)
    BOYOLALI, Sebuah kota yang terkenal sebagai kota penghasil susu di Jawa Tengah. Kota yang  terletak di lereng timur Gunung Merapi ini selain terkenal sebagai kota susu ternyata juga menyimpan banyak keanekaagaman cagar budaya. Dari yang berada di lereng Gunung sampai di dataran rendah, dari situs klasik, kolonial sampai islam. 

    Pada bulan Maret 2016 yang lalu, di Boyolali , tepatnya di Dusun Dukuh, Desa Giriroto, Sawahan Boyolali, dihebohkan dengan temuan stuktur candi yang berada di lahan persawahan warga. Usut punya usut, ternyata lahan tersebut akan dijadikan  perumahan. Awal ditemukan situs tersebut dari ditemukannya sebuah arca oleh warga. BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Jawa Tengah menanggapi temuan tersebut dengan melakukan ekskavasi selama seminggu untuk mengumpulkan data ( 4 - 7 April 2016 ). 

    Arca yang ditemukan di situs Watu Kebo/ Giriroto
    foto : Koranjuri.com
    Setelah dilakukan ekskavasi, didapatkan data bahwa struktur situs sebagian besar menggunakan bata dan bagian dasar berupa pasir sebagai landasan (Muhammad Junawan, http://metrojateng.com/2016/04/05/situs-candi-di-giriroto-diduga-dari-abad-9-masehi/). Situs ini juga diperkirakan peninggalan dari abad 8 - 9. Jika di lihat dari periode relatif umur situs tersebut, maka situs ini sejaman dengan situs yang berada di sekitaran Boyolali (Candi Lawang, Situs Cabean Kunti, serta beberapa situs di sekitar Banyudono dan Mojosongo) serta sejaman dengan situs yang berada di dataran Magelang. 

    Bahan candi yang merupakan bahan yang jarang dipakai di ranah percandian di daerah Jawa Tengah. Jika kita melihat candi-candi di Magelang, Jogja sampai di Kabupaten Semarang, candi tersebut umumnya memakai bahan utama batu andesit. Beberapa candi yang menggunakan bahan penyusun utama berupa bata antara lain Candi Retno, Candi Banon, Candi Abang. Sedangkan lain cerita jika melihat ke Jawa Timur, akan banyak ditemukan candi yang menggunakan bahan penyusun utama berupa bata. 

    Beberapa Fragmen bata di sekitar Situs Giriroto
    Menurut beberapa pendapat ahli, penggunaan bata sebagai bahan penyusun utama candi dikarenakan jarangnya ketersediaan bahan batu andesit di sekitar situs tersebut, sehingga pembuatan bata sebagai penyusun utama candi digunakan. Tetapi pendapat tersebut masih merupakan hipotesis semata, untuk penelitian lebih lanjut tentang bata masih dikaji lebih jauh. 

    Ekskavasi oleh BPCB Jawa Tengah
    sumber : (Muhamad Nurhafid/CN 34/ SM Network)
    Pada bulan Oktober 2016, saya berkesempatan untuk mengunjungi situs tersebut, dan memang benar situs ini sebagian berada dalam area pengembangan perumahan. Beberapa patok kavling tanah sudah disiapkan untuk pembangunan. Menurut saya sebelum kejadian "Candi dalam Rumah", sebaiknya pihak yang berwenang segera mengambil tindakan untuk penyelamatan, terlepas dari pernyataan "Candi ini tidak akan direkonstruksi karena minimnya data untuk merekonstruksi kembali candi", tetapi candi yang ditemukan di wilayah ini juga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan yang lain (selain untuk kepentingan penelitian). Untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya ini toh warga sekitar harusnya juga mendapatkan manfaat. Sebelum kejadian urusan perut mengalahkan urusan peninggalan budaya. Warga sekitar juga harusnya ikut diuntungkan dengan keberadaan Cagar Budaya. 



    Letak Situs Giriroto dan are pengembangan Perumahan
    ( Google Earth )
    Oleh karena itu, sangat penting untuk menggandeng warga untuk ikut melestarikan cagar budaya. Terlebih lagi area yang digunakan "mungkin" masih bisa dinegoisasi lagi karena masih tersedianya lahan di area ini.   




    Sumber : 
    1.http://metrojateng.com/2016/04/05/situs-candi-di-giriroto-diduga-dari-abad-9-masehi/
    2.http://www.soloraya.koranjuri.com/2016/04/pasca-eskavasi-bpcb-satu-lagi-arca-penjaga-candi-di-temukan/
    3.http://www.solopos.com/2016/03/25/benda-bersejarah-boyolali-struktur-batu-bata-kuno-di-giriroto-kembali-ditemukan-704227
    4.http://berita.suaramerdeka.com/situs-candi-giriroto-tidak-akan-direkontruksi/
     

    Kamis, 24 Desember 2015

    MANFAATKAN GADGETMU...!

    Sudah lama saya ingin share aplikasi ANDROID yang satu ini namanya Sygic GPS Navigation dan aplikasi ini sangat nyaman di akses di manapun karna aplikasi ini bisa berjalan walaupun tidak ada akses internet asalkan perangkat android kita harus selalu mengaktifkan GPS --seem like real GPS but more cheaper.

    saya bilang gitu soalnya saya udah pake aplikasi ini buat on road a.k.a buat touring biasanya gan...,
    kalo aplikasi yang buat offroad a.k.a buat eksplorasi,atau ekspedisi atau jelajah ane punya pegangan satu aplikasi lagi,, sementara ane share aplikasi ini. soalnya sudah ane uji buat jelajah ke tempat yang minim sinyal GSM,, atau yang ga ada sinyal GSM sekalipun aplikasi ini masih bisa dipakai asalkan sinyal GPS ga dimatiin yak, untuk ketepatan atau error range-nya masih bisa ditoleransi,, +-2/3 m, hampir sama dengan GPS buatan G***I* yang harganya jutaan belum sama peta. overall buat temen touring lumayan lah 




    GPS Navigasi & Maps Sygic Fitur: 
    aplikasi ini bekerja dengan peta TomTom dan peta ini sangat luar biasa dan diinstal pada perangkat android menyediakan Anda dengan panduan suara layanan navigasi intuitif. ada jutaan POI pra dipasang di aplikasi ini. Peringatan kamera kecepatan tetap juga termasuk dalam aplikasi. Dan banyak lagi yang ada ditawarkan untuk layanan di aplikasi ini.

     


    1. Simpan file folder yang bernama "Sygic" di external sd card anda
    2. install Sygic GPS Navigation v15.apk
    3. Enjoy

    Langsung download ajan gan__file-nya 275mb yak..., 
    GPS Navigasi & Maps Sygic 15.2.2 Full data+Map Indonesia

    Sabtu, 19 September 2015

    LONG TIME NO SEE LONG TIME NO WRITE

    LONG TIME NO SEE LONG TIME NO WRITE.... 

     Judul itu mungkin judul yang cocok buat tulisan ane kali ini, ane terakhir nulis blog sekitar tahun 2012  yah..,
    kalau tahun 2014 itu ane ga terlalu niat sebenernya .. haha...

     nah ini udah tahun 2015 coyyyy....!!

    mau dimulai darimana dulu ane juga bingung ni.., dari yang lama apa yang deket-deket ini ane juga bingung.., mungkin ane tulis dari yang menarik dulu kali ya.., ahh situ situ sih tinggal baca ( kalau ada yang baca ). wkwkwkwk

    yang jelas petualangan ane ga ngebosenin dah.., ane suka tantangan, suka jalan-jalan dan tentunya bukan tempat yang mainstream.., :p dulu sih belum mainstream.., gatau deh kalo sekarang. 

    beberapa tempat yang ane kunjungin dulu yang belum mainstream ntu ada Pantai Pok Tunggal lokasinya ada di Timur Pantai Indrayanti yang terkenal ntu.., dulu masih sepi cuyyy.., ane kesana kaya private beach  ...."hauwahhh" .. pokoknya sepi,, payung-payung belum ada..sama warung-warung aja belum ada jadi mesti bawa bekal sendiri..,
    nih hasil jepetran pake HP samsung corby .. khasnya pantai Pok Tunggal dengan Pohon Durasnya.

    oiya sama satu lagi tempat arkeologi yang sekarang rame.., di Jogja.. sipp buat lihat sunsetnya.., bukan Ratu Boko ya..., 
    yups... Candi Ijo.., dulu ane sering banget kesana, tempatnya asik buat galau dan juga sering buat acara Himpunan jurusan ane..,

     ane bakalan nulis satu persatu gan .., jadi dimohon sabar ye.., ane kalo nulis pasti lengkap sama petunjuk-petunjuknya...

    yang penting satu pesan ane buat kalian yang suka nge-trip dan jalan-jalan.... 
    JANGAN NYAMPAH... !
                     JANGAN BUNYIIN LAGU KERAS-KERAS.. ! SEMUA ORANG BERWISATA BUKAN PENGEN DENGERIN MUSIK KALIAN CUYYY... 
    JANGAN NGERUSAK LINGKUNGAN.. ! 
       

    Jumat, 24 Januari 2014

    Banjir di Pati Jawa Tengah 2014 , Never forget the HIstory

    Sejarah ada agar kita tahu apa yang terjadi di masa lalu agar kita tidak melakukan kesalahan sekarang.
     Bajir yang terjadi di Pati, Demak, Kudus Selatan akhir-akhir ini merupakan kisah lama yang terjadi berabad-abad silam. Kalian pasti tau kan kerajaan Demak yang mempunyai armada laut yang sangat besar, nah pasti pusat kerajaan Demak ini berada di dekat sumber air yang terhubung dengan laut, tapi kenyataannya sekarang bekas pusat kota demak jauh dari itu, lalu apa yang yang terjadi?

    Sedikit hal tentang Kerajaan Demak, perlu dituliskan lagi untuk sekedar menyegarkan pikiran. Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa dan ada sesudah era Kerajaan Majapahit. Sebagian raja Demak adalah turunan raja-raja Majapahit, termasuk Raden Patah –sang pendiri Kerajaan Demak. Riwayat penaklukan Majapahit oleh Demak ada kisah tersendiri yang secara sangat detail diceritakan dalam buku Slamet Muljana (1968, 2005) “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara” – Bhratara – LKiS. Pada tahun 1515, Kerajaan Demak sudah berwilayah dari Demak sampai Cirebon. Pada tahun 1546, Kerajaan Demak sudah semakin luas wilayahnya termasuk Jambi, Palembang, Bangka, Banten, Sunda Kalapa, dan Panarukan di Jawa Timur. Tahun 1588 Demak lenyap dan penerusnya berganti ke Pajang yang merupakan pendahulu kerajaan/kesultanan di Yogyakarta dan Surakarta sekarang. Runtuhnya Kerajaan Demak tak berbeda dengan penaklukannya atas Majapahit. Peristiwa gugurnya tokoh2 penting Demak saat menyerang Blambangan yang eks Majapahit, dan rongrongan dari dalam Demak sendiri membuat kerajaan makin lemah dan akhirnya runtuh dengan sendirinya. Sebuah pelajaran dari sejarah –cerai-berai dari dalam akan membahayakan kesatuan dan persatuan.
    Kembali ke pencarian pusat Kerajaan Demak, buku Mohammad Ali (1963), “Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara” –Bhratara, menarik untuk diacu. Dalam menguraikan terjadinya Kerajaan Demak, Moh. Ali menulis bahwa pada suatu peristiwa Raden Patah diperintahkan oleh gurunya, Sunan Ampel dari Surabaya, agar merantau ke barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung oleh tanaman gelagah wangi. Tanaman gelagah yang rimbun tentu hanya subur di daerah rawa-rawa. Dalam perantauannya itu, Raden Patah sampailah ke daerah rawa di tepi selatan Pulau Muryo (Muria), yaitu suatu kawasan rawa-rawa besar yang menutup laut atau lebih tepat sebuah selat yang memisahkan Pulau Muryo dengan daratan Jawa Tengah. Di situlah ditemukan gelagah wangi dan rawa; kemudian tempat tersebut dinamai Raden Patah sebagai “Demak”.
    Menurut Slamet Muljana (1983), “Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit” – Inti Idayu, hutan di Gelagah Wangi itu dibuka dan dijadikan tempat hunian baru rnama “Bintara”. Dari nama wilayah baru itulah Raden Patah terkenal sebagai Pangeran Bintara. Slamet Muljana (1968, 2005) juga menulis bahwa Raden Patah (nama Tionghoanya Jin Bun – Raden Patah adalah anak raja Majapahit Prabu Brawijaya dan salah seorang istrinya yang disebut Putri Cina) memilih tinggal di daerah kosong dan berawa di sebelah timur Semarang, di kaki Gunung Muria. Daerah itu sangat subur dan strategis untuk menguasai pelayaran di pantai utara. Jin Bun berkedudukan di Demak. Di Demak, Jin Bun menjadi ulama sesuai pesan gurunya, Sunan Ampel. Ia mengumpulkan para pengikutnya baik dari masyarakat Jawa maupun Cina. Saat sebelum memberontak kepada Majapahit, Jin Bun atau Raden Patah adalah bupati yang ditempatkan di Demak atau Bintara.
    Bahwa Demak dulu berlokasi di tepi laut, tetapi sekarang jaraknya dari laut sampai 30 km, dapat diinterpretasikan dari peta genangan air yang diterbitkan Pemda Semarang (Daldjoeni, 1992, “Geografi Kesejarahan II” –Alumni). Peta genangan banjir dari Semarang sampai Juwana ini dengan jelas menggambarkan sisa-sisa rawa di sekitar Demak sebab sampai sekarang wilayah ini selalu menjadi area genangan bila terjadi banjir besar dari sungai-sungai di sekitarnya. Dari peta itu dapat kita perkirakan bahwa lokasi Pulau Muryo ada di sebelah utara Jawa Tengah pada abad ke-15 sampai 16. Demak sebagai kota terletak di tepi sungai Tuntang yang airnya berasal dari Rawa Pening di dekat Ambarawa.
    Bisa liat bekas Genangannya ? 











    coba aku kasih ilustrasi yah... 
    Nah kira-kira dulu kaya gini bentuknya

    Di sebelah baratlaut kawasan ini nampak bukit Prawoto, sebuah tonjolan darat semacam semenanjung yang batuannya terdiri atas napal di Pegunungan Kendeng bagian tengah. Dalam sejarah Demak terdapat tokoh bernama Sunan Prawoto (Prawata) yaitu anak Pangeran Trenggono. Nama sebenarnya adalah Mukmin, tetapi kemudian ia dijuluki Sunan Prawoto karena setiap musim penghujan, demi menghindari genangan di sekitar Demak, ia mengungsi ke pesanggrahan yang dibangun di bukit Prawoto. Sisa-sisa pesanggrahan tersebut masih menunjukkan pernah adanya gapura dan sitinggil (siti hinggil) serta kolam pemandian (De Graaf, 1954, “De Regering van Panembahan Senapati Ingalaga” – Martinus Nijhoff).
    De Graaf dan Th. Pigeaud (1974), “De Eerste Moslimse Voorstendommen op Java” –Martinus Nijhoff) punya keterangan yang baik tentang lokasi Demak. Letak Demak cukup menguntungkan bagi kegiatan perdagangan maupun pertanian. Selat yang memisahkan Jawa Tengah dan Pulau Muryo pada masa itu cukup lebar dan dapat dilayari dengan leluasa, sehingga dari Semarang melalui Demak perahu dapat berlayar sampai Rembang. Baru pada abad ke-17 selat tadi tidak dapat dilayari sepanjang tahun.
    Dalam abad ke-17 khususnya pada musim penghujan perahu-perahu kecil dapat berlayar dari Jepara menuju Pati yang terletak di tepi sungai Juwana. Pada tahun 1657, Tumenggung Pati mengumumkan bahwa ia bermaksud memerintahkan menggali terusan yang menghubungkan Demak dengan Pati sehingga dengan demikian Juwana dapat dijadikan pusat perniagaan.
    Pada abad ke-16 Demak diduga menjadi pusat penyimpanan beras hasil pertanian dari daerah-daerah sepanjang Selat Muryo. Adapun Juwana pada sekitar tahun 1500 pernah pula berfungsi seperti Demak. Sehubungan itu, menurut laporan seorang pengelana asing terkenal di Indonesia saat itu –Tom Pires, pada tahun 1513 Juwana dihancurkan oleh seorang panglima perang Majapahit dan Demak menjadi satu-satunya yang berperan untuk fungsi itu. Perhubungan Demak dengan daerah pedalaman Jawa Tengah adalah melalui Kali Serang yang muaranya terletak di antara Demak dan Jepara. Sampai hampir akhir abad ke-18 Kali Serang dapat dilayari dengan kapal-kapal sampai pedalaman. Mata air Kali Serang terletak di Gunung Merbabu dan di Pegunungan Kendeng Tengah. Di sebelah selatan pegunungan tersebut terdapat bentangalam Pengging (di antara Boyolali dan Pajang/Kartasura).
    Ketika dalam abad ke-17 sedimen di Selat Muryo sudah semakin banyak dan akhirnya mendangkalkannya sehingga tak dapat lagi dilayari, pelabuhan Demak mati dan peranan pelabuhan diambil alih oleh Jepara yang letaknya di sisi barat Pulau Muryo. Pelabuhannya cukup baik dan aman dari gelombang besar karena terlindung oleh tiga pulau yang terletak di depan pelabuhan. Kapal-kapal dagang yang berlayar dari Maluku ke Malaka atau sebaliknya selalu berlabuh di Jepara.
    Ini peta yang dibuat oleh H.J de Graaf 

    Demikian ulasan singkat berdasarkan literatur2 lama sejarah tentang lokasi Kerajaan Demak yang lebih mungkin memang berada di selatan kota Demak sekarang, di wilayah yang dulunya rawa-rawa dan menhadap sebuah selat (Selat Muryo) dan Pulau Muryo (Muria). Justru dengan berlokasi di wilayah seperti itu, Demak pada zamannya sempat menguasai alur pelayaran di Jawa sebelum sedimentasi mengubur keberadaan Selat Muria.
    Jalan raya pantura yang menghubungkan Semarang-Demak-Kudus-Pati-Juwana sekarang sesungguhnya tepat berada di atas Selat Muria yang dulu ramai dilayari kapal-kapal dagang yang melintas di antara Juwana dan Demak pada abad ke-15 dan ke-16. Bila Kali Serang, Kali Tuntang, dan Kali Juwana meluap, ke jalan-jalan inilah genangannya –tak mengherankan sebab dulunya juga memang ke selat inilah air mengalir.
    Bila kapan-kapan kita menggunakan mobil melintasi jalan raya pantura antara Demak-Pati-Juwana-Rembang, ingatlah bahwa sekitar 500 tahun yang lalu jalan raya itu adalah sebuah selat yang ramai oleh kapal-kapal niaga Kerajaan Demak dan tetangganya.
    Banjir yang terjadi di pati  Januari 2014

    nah jangan salahkan alam kalau terjadi banjir, setidaknya orang-orang dulu lebih tahu keadaan daripada jaman sekarang, so kalo milih tempat jangan salah yah,, jangan lupain sejarah ,,, viva arkeologi





    Bacaan 
    Muljana, Slamet. 2009. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara. Jogja : LkiS
     geologi.iagi.or.id. dibaca tanggal 24 Januari 2014 pkl 9:30 

    Minggu, 19 Januari 2014

    Ada - ada Sadja


    #Ada_ada_Sadja

    Ada orang yang lebih mentingin gengsinya daripada hidupnya, sampe tidur aja pindah2 tempat.. padahal mampu beli sesuatu yg berguna aja #Ogah yah lagi2 mentingin gengsinya...

    Gue heran, kenapa ga jadi orang yang biasa aja, padahal orang itu mampu tapi ya gara2 gengsi yang jadi ga mampu dan yang paling malesin itu nge-ganggu orang lain apalagi temen buat gengsiin temen yang lain.
    Tobatlah nak... benahin hidup lho sebelum terlambat


    Ada ni satu orang yang sukanya nyibir orang, haduh kurang kerjaan apa. ( Sebenarnya ni gue juga nyibir sih ) tapi bener2 keterlaluan nyibirnya. Ya udah lah kalo lho mau nyibir orang seenggaknya lo ya liat diri lo sebelum nyibir orang lain.

    Kadang hidup yang sederhana itu sangat susah. Kadang aku beranggapan, mempunyai pikiran yang sederhana seperti anak kecil itu menyenangkan, ga ribet. tapi ya inilah hidup yang semakin dewasa kita bisa melihat yang kompleks dan ruwet.