• Pantai Pok Tunggal

    Salah satu pantai di Gunung Kidul, dulu masih perawan, sekarang gatau :p

  • PUNCAK GUNUNG BEKEL

    Tim Ekpedisi HIMA dan Kapalasastra

  • TELAGA MADIRDO

    Yang tersembunyi di lereng Gunung Lawu

  • Candi Plaosan Lor

    Candi yang berlatar agama Buddha

  • Jumat, 03 Februari 2012

    mengeksplorasi batu - batu besar di Gunung Kidul 1 (Gondang site)

    Peninggalan Budaya Megalitikum, mungkin dalam mata masyarakat awam tentunya kurang menarik jika dperhatikan karena bentuknya sendiri hanya berupa batu-batu yang bentuknya seperti patung besar, tugu besar maupun peti kubur dari batu. Peninggalan budaya megalitikum atau sering juga disebut dengan kebudayaan batu Besar ternyata banyak terdapat di Gunung Kidul.

    Gunung Kidul, tentunya orang yang melihat daerah ini secara sepintas hanya beranggapan sebagai daerah pegunungan kapur yang gersang, tetapi jangan salah .. ternyata di Gunung Kidul menyimpan sejuta  potensi yang perlu di jelajah dan sejuta misteri yang perlu dipecahkan. Potensi tersebut karena banyak wisata-wisata alam di Gunung Kidul yang banyak ditemukan. yang paling terkenal adalah Pantainya .. karena wilayah pesisir Gunung Kidul merupakan pantai yang berpasir putih, ada juga air terjun dan gua-gua karst yang banyak ditemukan di wilayah ini.
    tapi yang akan saya bicarakan sekarang adalah tentang potensi peninggalan Arkeologis berupa batu-batu megalitik yang tersebar di kawasan cekungan wonosari, pertama akan saya bahas tentang Situs Gondang yang berada di desa Ngawis kecamatan Karangmojo. Kondisi situs ini ada di halaman terbuka, dengan papan nama yang sudah rusak tanpa peneduh dan tidak ada rumah penjaga.
    saat pertama kali berkunjung ke situs ini, kami 5 orang.. aku,sinta,eko,april,dan wahid sedikit kebingunan menemukannya karena ploting dari GPS tidak terlalu akurat sehingga kami mengandalkan petunjuk dari masyarakat setempat. 
    Untuk masuk ke situs ini kami harus mencari juru kuncinya karena pagar dari situs ini di gembok.
    Setelah masuk yang terlihat susunan batu batu megalitik yang di susun di permukaan tanah tanpa peneduh tanpa alas hanya agar tidak langsung menyentuh permukaan tanah di beri krikil-krikil.


    terdapat juga batu-batu megalitik yang berbentuk seperti kaki arca pada masa klasik ( Hindu Buddha )

    batu berbentuk seperti wajah manusia yang di duga pada masa megalitik ini mulai berkembang kepercayaan-kepercayaan tentang animisme dan dinamisme, dan bisa saja kebudayaan ini sebagai jembatan dari masa prasejarah ke masa klasik di Indonesia.. siapa tahu... ??

    Rabu, 01 Februari 2012

    Plesir kaki Gunung Lawu bagian Barat part 1


    Menelusuri kota Karanganyar emang paling asyik.. wilayahnya yang sebagian besar berada di Pegunungan Lawu dan Pegunungan Njobolarangan membuat hawanya sejuk dan pemandangan yang asri...


    Buat yang mau maen kesini.. kalau dari Jogja memang itungannya jauh.. sekitar 100km..atau biasanya 3,5 jam kalau udah tau tempatnya, kalau belum ya 4 jam lah,. Tempatnya sejalur kalau mau ke Tawangmangu, Cuma ntar kalo ketemu pertigaan ke Ngargoyoso nah itu ambil ke kiri aja, Candi Cetho, Candi Sukuh, Candi Kethek dan Situs Planggatan udah masuk kawasan Wisata di Ngargoyoso.. selain di ketiga candi tersebut kalau dari Jogja jangan Cuma maen ke situ aja.. tapi mampir ke Telogo Madirdo, Air Terjun Jumog sama Air Terjun Parang Ijo, kebun The Kemuning sama Taman Perhutani Tahura yang letaknya di belakang Candi Sukuh.


    CANDI SUKUH



    Sejarahnya -- Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang terletak di Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas.

    Lokasinya -- Lokasi candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada ketinggian kurang lebih 1.186 meter di atas permukaan laut pada koordinat 07o37, 38’ 85’’ Lintang Selatan dan 111o07,. 52’65’’ Bujur Barat. Candi ini terletak di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini berjarak kurang lebih 20 kilometer dari kota Karanganyar dan 36 kilometer dari Surakarta. Bila menggunakan Wikimapia. Situs candi Sukuh dilaporkan pertama kali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guna menulis bukunya The History of Java. Setelah masa pemerintahan Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, arkeolog Belanda, melakukan penelitian. Pemugaran pertama dimulai pada tahun 1928
    Arsitekturnya -- Bangunan candi Sukuh memberikan kesan kesederhanaan yang mencolok pada para pengunjung. Kesan yang didapatkan dari candi ini sungguh berbeda dengan yang didapatkan dari candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru. Struktur ini juga mengingatkan para pengunjung akan bentuk-bentuk piramida di Mesir. Kesan kesederhanaan ini menarik perhatian arkeolog termashyur Belanda, W.F. Stutterheim, pada tahun 1930. Ia mencoba menjelaskannya dengan memberikan tiga argumen. Pertama, kemungkinan pemahat Candi Sukuh bukan seorang tukang batu melainkan tukang kayu dari desa dan bukan dari kalangan keraton. Kedua candi dibuat dengan agak tergesa-gesa sehingga kurang rapi. Ketiga, keadaan politik kala itu dengan menjelang keruntuhannya Majapahit, sehingga tidak memungkinkan untuk membuat candi yang besar dan megah. Para pengunjung yang memasuki pintu utama lalu memasuki gapura terbesar akan melihat bentuk arsitektur khas bahwa ini tidak disusun tegak lurus namun agak miring, berbentuk trapesium dengan atap di atasnya. Batu-batuan di candi ini berwarna agak kemerahan, sebab batu-batu yang dipakai adalah jenis andesit.

    Candi Panggatan – Letak dari Candi ini tidak terlalu jauh dari Candi Sukuh, sekitar 4-5 km arah Selatan Sukuh, jalannya bisa dilalui motot tapi agak ekstrim.. ingat jangan malu bertanya kalau mau menuju tempat ini karena nanti akan bertemu pertigaan yang apabila lurus ke Telogo Madirdo / arah Tawangmangu jika belok ke kiri ( jalan menanjak ) ini jalan ke Situs Planggatan.. perlu di ingat tidak ada penunjuk arah ke situs ini.. ada si tapi Cuma ada satu, itupun di Candi Sukuh dan kondisinya sudah rusak…
    Situs ini berada di tengah perkampungan warga, beberapa peninggalannya berupa blok-blok batu yang belum tersusun.. seperti sebuah proyek pembangunan candi yang ditinggalkan, dari beberapa batu tersebut terdapat sebuah relief yang salah satunya menggambarkan sengkalan memet (sandi angka tahun) berupa Gajah Wiku, yaitu sosok setengah gajah, setengah manusia dengan belali ke bawah dan memakan bulan sabit dengan pakaian seorang wiku/ pendeta. Relief ini dibaca “Gajah wiku mangan wulan” dan diartikan 1378 caka atau sama dengan 1456 Masehi. Selisih 19 tahun dengan Candi Sukuh yang selesai tahun 1437 Masehi.





    Candi Planggatan

    Disamping kanan relief gajah Wiku ini, terdapat prasasti berhuruf dan berbahasa kawi sebanyak empat baris yang berbunyi :

    "padamel ira ra
    ma balanggadawang
    barnghyang punu
    n dah nrawang"

    Terjemahannya :
    "Pembuatannya Rama Balanggadawang bersamaan dengan Hyang Panunduh Nrawang"

    Sayang sekali, relief gajah wiku kurang jelas akibat tertutup tanah dan relief di Candi Planggatan yang tipis dan serupa dengan relief – relief di Jawa Timur. Hal ini tak begitu mengherankan karena Candi Planggtan sendiri di bangun oleh prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit sebelum moksa ke Gunung Lawu.

    Berlanjutt….